Jakarta (Lampost.co): Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan potensi penangguhan pasokan senjata ke Israel karena kekhawatiran rencana invasi Rafah.
“Kami menghentikan satu pengiriman amunisi muatan tinggi untuk Israel. Namun, belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana melanjutkan pengiriman itu,” kata kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin kepada komite kongres Rabu, 8 Mei 2024.
Washington mengonfirmasi pembekuan pengiriman 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg). Kemudian, 1.700 bom seberat 500 pon (226 kg) pekan lalu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan Amerika Serikat memiliki keprihatinan yang sangat serius mengenai rencana Israel untuk menginvasi Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina berlindung selama perang.
“Jadi kami telah menghentikan satu pengiriman bantuan jangka pendek dan kami sedang meninjau pengiriman bantuan lainnya,” ujar Miller.
Namun, ia mengatakan bahwa Amerika Serikat masih memiliki komitmen jangka panjang terhadap keamanan Israel. Terlebih, bantuan AS bulan lalu mampu menembak jatuh pesawat nirawak dari Iran.
“Masyarakat harus benar-benar jelas bahwa kami berkomitmen terhadap keamanan Israel,” katanya.
Namun di Rafah, kata Miller, ada begitu banyak orang-orang yang berdesakan di area sekecil itu. Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat sedang mempelajari cara Israel melakukan operasi sebelumnya dan dampaknya terhadap penduduk sipil.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk pergi ke Rafah sebagai bagian dari kampanye untuk melenyapkan Hamas setelah serangan militan di Israel pada 7 Oktober.