Ankara (Lampost.co)—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Israel atas serangan akhir pekannya terhadap Rafah, yang sebelumnya sebagai “daerah aman”. Hingga saat ini korban tewas mencapai 45 orang.
“Serangan Minggu (26/5/2024) di Rafah, yang terjadi setelah adanya perintah Mahkamah Internasional, telah mengungkap sifat berbahaya dan penuh darah dari negara teror tersebut,” kata Erdogan kepada pengacaranya di Istanbul dalam pidato di hadapan televisi, seperti kutipan Anadolu, Selasa (28/5/2024).
Komentarnya mengacu pada perintah Israel dan ICJ untuk melakukan hal tersebut dan menghentikan pertumpahan darah.
“Netanyahu dan jaringan pembunuhnya mencoba memperluas kekuasaan dengan membantai orang-orang karena mereka gagal mengalahkan perlawanan Palestina,” imbuh Erdogan.
“Netanyahu tidak akan bisa menyelamatkan dirinya dari keluh kesah seperti (mantan orang kuat Yugoslavia Slobodan) Milosevic, (napi genosida politikus Serbia Bosnia Radovan) Karadzic, dan (mendiang diktator Jerman Adolf) Hitler, yang ia tiru,” ucap Presiden Turki itu.
Erdogan juga menekankan Turki akan melakukan “segala daya untuk memastikan mengadili orang-orang barbar (Israel) atas kejahatan yang mereka lakukan”.
Setidaknya 35 orang tewas dan puluhan lain luka-luka ketika Israel menargetkan sebuah kamp pengungsi di Rafah, Minggu (26/5/2024).
Serangan itu terjadi di dekat pangkalan logistik badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan, kata Kantor Media Gaza.
Pesawat Israel menargetkan beberapa tenda di daerah tersebut, kata kantor media. Mereka menambahkan Israel menggunakan rudal dan bom seberat 2.000 pon.
Sebelumnya, pasukan pertahanan sipil Gaza mengatakan daerah yang menjadi target itu menampung sedikitnya 100.000 pengungsi.