Jakarta (Lampost.co) — Sejumlah pesawat tempur Israel menggempur Gaza untuk hari kedua pada Rabu, 24 April 2024. Serangan yang menargetkan Gaza Utara itu menghentikan ketenangan yang sempat terjadi beberapa hari sebelumnya.
Penjajah Israel menyatakan pengerahan kekuatan ini merupakan bagian dari rencana membumihanguskan Rafah. Hanya tempat perlindungan terakhir 1,5 juta pengungsi ini yang belum dihancurkan pasukan darat penjajah Israel.
Seorang juru bicara pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan penjajah Zionis bergerak maju dalam rencananya melakukan operasi darat di Rafah. Negara-negara Barat, termasuk sekutu terdekatnya, Amerika Serikat (AS), memohon agar negara penjajah yang dibentuk 1948 ini menahan diri.
Di sisi lain, AS juga memberikan bantuan untuk peningkatan kekuatan militer penjajah Israel. Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Washington masih berbicara dengan penjajah Israel mengenai penghancuran Rafah. Para pejabat dua negara yang menggandrungi peperangan ini akan segera bertemu kembali secara langsung.
“Kami telah melakukan diskusi yang sangat rinci untuk membicarakan bukan hanya kekhawatiran kami. Namun juga pandangan kami bahwa ada cara berbeda untuk menangani ancaman Hamas di Rafah,” katanya.
Siap Evakuasi
Seorang pejabat senior pertahanan penjajah Israel, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan pasukan Zionis siap untuk mengevakuasi warga sipil Gaza. Penjajah Israel telah membeli 40 ribu tenda yang masing-masing dapat menampung 10-12 orang.
“Persiapan teknis penyerangan Rafah sudah selesai semua, yang belum hanya perintah dari Netanyahu untuk memulainya,” katanya.
Pengungsi yang berlindung di Rafah sedang mempertimbangkan untuk melarikan diri lagi. Tamer Al-Burai, yang melarikan diri dari Kota Gaza dan sekarang tinggal di tenda-tenda bersama tujuh keluarga besarnya di Rafah mengatakan seluruh kelompok tersebut menuju ke utara. Itu karena penjajah Israel akan segera menghancurkan Rafah.
“Kami mempunyai perempuan, anak-anak, orang lanjut usia dan orang sakit, yang mungkin menghadapi masalah untuk melarikan diri jika invasi penjajah Israel terjadi secara tiba-tiba. Invasi Zionis ini telah dimulai dengan tembakan hebat dan orang-orang tewas saat mereka pergi. Jadi kami memutuskan untuk pergi lebih awal,” kata dia.
Di Gaza utara, tepatnya Beit Lahiya mendapat serangan besar-besaran untuk hari kedua pada Rabu (24/4), sehari setelah militer penjajah Israel memerintahkan penduduk di empat distrik mengevakuasi secara mandiri. Pasalnya daerah itu ditetapkan penjajah Israel sebagai zona perang.
Penjajah Israel mengatakan operasinya di sana menargetkan daerah di mana sayap bersenjata Jihad Islam yang bersekutu dengan Hamas menembakkan roket ke dua permukiman perbatasan Israel pada Selasa, 23 April 2024.
Akan Membasmi
Penjajah Israel berjanji akan membasmi gerakan pembebasan Palestina, Hamas, setelah di serang pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan 253 lainnya di sandera.
Hamas merilis sebuah video yang menunjukkan seorang sandera Israel-Amerika Hersh Goldberg-Polin, 23, masih hidup. Ayahnya, Jonathan Polin. Dia mendesak para pemimpinnya, penjajah Israel maupun AS, untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
“Kami lega melihatnya masih hidup, namun kami juga prihatin dengan kesehatan dan kesejahteraannya serta semua sandera lainnya dan semua orang yang menderita di wilayah ini,” kata ayahnya melalui pesan video.
Perang tersebut, yang kini memasuki bulan ketujuh, telah menewaskan lebih dari 34 ribu warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza. Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong tersebut, menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi dan menciptakan krisis kemanusiaan.
Dalam 24 jam terakhir hingga Rabu, 24 April 2024, serangan penjajah Israel telah menewaskan sedikitnya 79 warga Palestina dan melukai 86 lainnya, kata Kementerian Kesehatan Gaza.