Gaza (Lampost.co) — Jumlah korban tewas di Jalur Gaza kembali meningkat tajam meski gencatan senjata Israel–Palestina telah diumumkan. Berdasarkan data medis Palestina per Sabtu waktu setempat, 11 Oktober 2025, total korban tewas mencapai 67.682 orang, sementara 170.033 lainnya luka-luka sejak agresi militer Israel pada Oktober 2023.
Poin Penting:
-
Serangan udara masih terjadi meski ada gencatan senjata.
-
Korban tewas di Gaza tembus 67.682 jiwa.
-
Israel dituding langgar kesepakatan perdamaian Trump.
Laporan terbaru dari Wafa News Agency menyebut dalam 24 jam terakhir setidaknya menemukan 125 jenazah baru di berbagai wilayah Gaza. Sebagian besar korban tewas akibat serangan udara Israel yang menghantam kawasan permukiman padat penduduk.
Sebagian jenazah berasal dari bawah reruntuhan rumah yang hancur total. Empat korban lainnya meninggal dunia akibat luka serius yang tak sempat tertangani akibat keterbatasan fasilitas medis di Gaza.
Baca juga: Puluhan Ribu Warga Palestina Kembali ke Gaza Utara Pascagencatan Senjata Berlaku
Serangan di Tengah Gencatan Senjata
Meski gencatan senjata diumumkan, ledakan dan tembakan masih terdengar di beberapa titik Jalur Gaza. Warga melaporkan serangan sporadis yang menargetkan wilayah al-Qarara, sebelah utara Khan Younis, pada Sabtu dini hari.
Seorang warga sipil tewas akibat tembakan drone bersenjata Israel di kawasan tersebut. Sementara itu, tiga korban lain meninggal akibat luka lama yang tak sempat mendapat perawatan. Situasi ini menimbulkan keraguan besar terhadap komitmen Israel dalam melaksanakan kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Ratusan Jenazah Mengalir ke Rumah Sakit Gaza
Jenazah para korban tersebar di berbagai rumah sakit Gaza. Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza City menerima 52 jenazah, 21 orang di Rumah Sakit Ahli Baptist, 1 orang di Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat, 20 orang di Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs di Deir al-Balah, dan 31 korban lainnya di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis.
Tenaga medis di Gaza mengaku kewalahan menghadapi jumlah korban yang terus bertambah. Mereka kekurangan obat, bahan bakar, dan alat medis, sementarapasukan Israel masih mengepung dan menyerang rumah sakit di beberapa lokasi.
Rencana Perdamaian Masih Dipertanyakan
Kenaikan jumlah korban tewas ini terjadi hanya dua hari setelah Israel menyetujui rencana gencatan senjata usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Kesepakatan itu merupakan bagian dari rencana perdamaian 20 poin yang mencakup penghentian penuh serangan, penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza, pembebasan tahanan, serta percepatan bantuan kemanusiaan.
Namun, pelaksanaan gencatan senjata ini masih jauh dari ideal. Beberapa wilayah Gaza utara masih menghadapi serangan udara dan artileri, sementara jalur distribusi bantuan tetap terhambat. Banyak pengamat menilai tanpa pengawasan internasional yang ketat, kesepakatan ini sulit berjalan efektif.
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Parah
Sejak agresi Israel, lebih dari dua pertiga korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Sebagian besar infrastruktur Gaza hancur, termasuk sekolah, rumah sakit, dan fasilitas air bersih. Organisasi kemanusiaan memperingatkan Gaza kini “nyaris tidak layak huni.”
“Bantuan tidak bisa masuk dengan cepat karena blokade dan serangan yang belum sepenuhnya berhenti,” kata seorang pejabat medis Gaza. Banyak keluarga kini tinggal di tenda-tenda di atas reruntuhan rumah mereka.