Jakarta (Lampost.co) — Pasukan Hizbullah melanjutkan serangan roket dan artileri terhadap Israel pada hari Jumat, 2 Agustus, mengakhiri jeda singkat di sepanjang perbatasan setelah pembunuhan komandan militer kelompok Lebanon di Beirut oleh pasukan Israel. Hizbullah melaporkan telah menembakkan rudal darat ke udara ke jet tempur Israel di wilayah udara Lebanon, yang memaksanya mundur. Kelompok itu juga melancarkan serangan artileri dan roket ke posisi militer di Israel utara.
Militer Israel mengonfirmasi telah mencegat target udara yang mendekat dari Lebanon menuju Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Sementara itu, serangan udara dan tembakan artileri Israel menargetkan beberapa desa di Lebanon selatan pada hari Jumat, menyusul serangan Israel yang menewaskan sedikitnya lima pekerja migran Suriah di wilayah tersebut sehari sebelumnya.
Pasukan Israel juga melaporkan bahwa mereka menargetkan dua pejuang Hizbullah di Lebanon selatan. Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam sebuah pidato, menyerukan agar semua pihak tenang di sepanjang perbatasan setelah serangan udara Israel di Beirut yang menewaskan komandan militer Fuad Shukr, yang mengindikasikan adanya masa refleksi sebelum memutuskan langkah selanjutnya. Serangan itu juga menewaskan seorang penasihat militer Iran dan lima warga sipil di kubu Hizbullah di Dahiyeh di Beirut selatan.
Baca juga: Israel Tangkap Imam Masjid Al-Aqsa hingga Serang Sekolah dan Tewaskan Belasan Orang
Nasrallah menyatakan bahwa Hizbullah akan membalas tetapi perlu mempertimbangkan tanggapan mereka, dan jika tidak, akan melanjutkan operasi militer reguler terhadap Israel. Selama hampir sepuluh bulan, Hizbullah dan militer Israel telah saling tembak di sepanjang perbatasan, terutama terbatas pada wilayah perbatasan. Namun, eskalasi baru-baru ini berisiko mengubah konflik ini menjadi perang regional yang lebih luas.
Israel dan Amerika Serikat menuduh Hizbullah menewaskan 12 pemuda dalam serangan roket pada 27 Juli di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, sebuah klaim yang dibantah Hizbullah. Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon, yang dikenal sebagai UNIFIL, memberi tahu Reuters bahwa mereka belum menyelidiki insiden tersebut karena Golan berada di luar mandat operasional mereka.
Perlindungan AS terhadap Israel
Militer Amerika Serikat mengerahkan jet tempur dan kapal perang Angkatan Laut tambahan ke Timur Tengah, memperkuat pertahanan sebagai respons terhadap ancaman dari Iran dan sekutunya, Hamas dan Hizbullah. AS bersiap menghadapi kemungkinan pembalasan Iran menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli, salah satu dari serangkaian pembunuhan yang ditargetkan terhadap para pemimpin militan senior Palestina di tengah perang Gaza yang sedang berlangsung.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyetujui pengerahan kapal penjelajah dan kapal perusak Angkatan Laut tambahan yang mampu mencegat rudal balistik ke Timur Tengah dan Eropa. AS juga mengirim satu skuadron jet tempur tambahan ke wilayah tersebut. “Austin telah mengarahkan penyesuaian postur militer yang di rancang untuk meningkatkan perlindungan pasukan AS, mendukung pertahanan Israel, dan memastikan AS siap untuk menanggapi berbagai kemungkinan,” kata Pentagon, seperti di lansir CNA pada Sabtu, 3 Agustus.
Spekulasi menunjukkan bahwa Pentagon mungkin tidak akan mengganti kelompok penyerang kapal induk USS Theodore Roosevelt di Timur Tengah setelah penempatannya saat ini. Namun, Austin memutuskan untuk merotasi kelompok penyerang kapal induk USS Abraham Lincoln untuk menggantikannya. Pernyataan Pentagon menambahkan bahwa mereka akan meningkatkan kesiapan untuk mengerahkan lebih banyak pertahanan rudal balistik berbasis darat.
Intensifkan Pengerahan Pasukan
Militer AS juga telah mengintensifkan pengerahan pasukan menjelang 13 April, ketika Iran melancarkan serangan terhadap Israel menggunakan pesawat nirawak dan rudal. Ancaman Hizbullah di Lebanon menimbulkan tantangan unik bagi AS dalam mencegat pesawat nirawak dan rudal, mengingat persenjataan kelompok itu yang luas dan kedekatannya dengan Israel. Saat itu, Israel, dengan dukungan AS dan sekutunya, berhasil mencegat hampir semua dari sekitar 300 pesawat nirawak dan rudal.
Dalam panggilan telepon, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membahas pengerahan militer defensif AS yang baru untuk mendukung Israel terhadap ancaman seperti rudal dan pesawat nirawak, menurut Gedung Putih. Iran dan Hamas sama-sama menuduh Israel atas pembunuhan tersebut dan berjanji untuk membalas. Israel belum mengklaim bertanggung jawab atau membantah terlibat.
Kematian Haniyeh merupakan salah satu dari beberapa pembunuhan terhadap para pemimpin senior Hamas saat perang Gaza memasuki bulan ke-11, yang meningkatkan kekhawatiran akan meluasnya konflik di seluruh Timur Tengah. Juru bicara Pentagon Sabrina Singh sebelumnya mengindikasikan bahwa AS tidak yakin eskalasi akan terjadi. “Saya kira kami telah menyampaikan pesan kami secara langsung bahwa kami tidak ingin melihat peningkatan ketegangan, dan kami yakin ada jalan keluar, yaitu perjanjian gencatan senjata,” kata Singh.