Jakarta (Lampost.co) — Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyatakan serangan rudal balistik Iran terhadap Israel tampaknya telah dikalahkan dan tidak efektif.
Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa Iran menembakkan hampir 200 rudal balistik ke Israel. AS bekerja sama dengan pasukan Israel untuk mencegatnya. Termasuk menggunakan kapal perang perusak Angkatan Laut untuk menembakkan pencegat untuk menembak jatuh rudal yang masuk.
“Kami masih bekerja sama dengan IDF dan pihak berwenang di Israel untuk menilai dampak serangan tersebut. Namun saat ini, dan saya tegaskan saat ini, kami tidak mengetahui adanya kematian di Israel,” kata Sullivan di Gedung Putih, mengutip Mediaindonesia.com, Rabu, 2 Oktober 2024. Ia menambahkan bahwa laporan awal menunjukkan seorang warga Palestina tewas di Jericho.
Baca juga: 181 Rudal Iran Meluncur ke Israel, Seluruh Warga Diperintahkan Berlindung
“Hal ini terutama dan pertama-tama merupakan hasil dari profesionalisme IDF. Tetapi juga sebagian besar karena kerja terampil militer AS. Juga perencanaan bersama yang cermat dalam mengantisipasi serangan tersebut,” kata dia.
Sullivan mengatakan AS sekarang akan mengalihkan perhatiannya untuk mempertimbangkan “langkah apa yang tepat selanjutnya untuk mengamankan kepentingan Amerika yang utama dan kemudian untuk mempromosikan stabilitas semaksimal mungkin.”
Ia menekankan bahwa pemerintahan Biden “bangga” atas upayanya untuk membela Israel, dan mengulangi peringatan dari pejabat senior Gedung Putih bahwa Iran akan menghadapi “konsekuensi berat” atas serangan itu. “Kami akan bekerja sama dengan Israel untuk mewujudkan hal itu,” katanya.
Dalam pernyataan awal, Korps Garda Revolusi Islam (IRCG) mengatakan serangan itu merupakan respons atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dan komandan IRGC Abbas Nilforoshan.
Haniyeh terbunuh di Teheran bulan lalu. Nasrallah terbunuh hari Jumat di Beirut bersama Nilforoshan.
Korps Garda memperingatkan bahwa jika Israel menanggapi serangan rudal tersebut, mereka akan menghadapi lebih banyak “serangan dahsyat.”