Jakarta (Lampost.co) — Sebanyak 11 warga Palestina, termasuk beberapa perempuan dan anak-anak, tewas pada Sabtu, 14 September 2024 dalam serangan Israel yang menargetkan wilayah di Jalur Gaza utara dan selatan.
Beberapa sumber medis mengungkapkan kepada Anadolu bahwa 10 warga Palestina tewas dan banyak lainnya luka-luka dalam serangan penembakan Israel yang menargetkan sebuah rumah di lingkungan Al-Tuffah di kota Gaza timur.
Secara terpisah, beberapa sumber medis melaporkan bahwa satu warga Palestina tewas dan enam lainnya luka-luka dalam serangan pengeboman Israel ke sebuah tenda yang menampung orang-orang terlantar di wilayah Al-Mawasi, barat Khan Younis di Jalur Gaza selatan.
Baca juga: Israel Tuduh Staf PBB yang Tewas di Gaza Anggota Hamas
Israel melanjutkan serangan brutal di Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober lalu meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata segera.
Lebih dari 41 ribu orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak saat itu telah tewas dan lebih dari 95 ribu lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah itu mengungsi di tengah blokade yang masih berlangsung yang memicu kelangkaan parah bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Kecam Israel
Di tempat lain, kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengeluarkan peringatan keras dan mengutuk provokasi Israel baru-baru ini di Masjid Al-Aqsa. Tindakan tersebut disebut dapat melahirkan eskalasi berbahaya.
Kelompok ekstremis Israel, Temple Mount Faithful, baru-baru ini merilis sebuah video yang menggambarkan simulasi api yang membakar Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu, dengan judul, “Akan segera datang dalam beberapa hari ini.”
Kelompok tersebut, yang dikenal karena seruannya untuk menghancurkan Al-Aqsa dan menggantinya dengan kuil Yahudi, memicu kemarahan dengan video tersebut. Hamas mengecam video tersebut sebagai bagian dari kampanye hasutan yang sedang berlangsung oleh kelompok sayap kanan Israel, yang menurutnya beroperasi di bawah perlindungan pemerintah Israel.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut memperingatkan bahwa tindakan ini untuk meyahudisasi masjid dan menghapus identitas Islam-nya.
Kelompok itu menyerukan negara-negara Arab dan Islam, serta organisasi-organisasi seperti Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam, untuk bertindak cepat guna melindungi situs suci tersebut dan mencegah agresi Israel lebih lanjut.
Ketegangan meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena beberapa menteri Israel, melakukan kunjungan provokatif ke kompleks masjid tersebut. Hal itu memicu kecaman luas. Ben-Gvir sebelumnya menyerukan hak beribadah bagi orang Yahudi di Al-Aqsa dan pendirian sinagoge di dalam kompleks tersebut.
Palestina terus menuduh Israel berupaya meyahudikan Yerusalem Timur, termasuk Al-Aqsa, dan menghapus identitas Arab dan Islamnya. Mereka berpendapat bahwa Yerusalem Timur harus menjadi ibu kota negara masa depan mereka.