Ankara (Lampost.co) — Tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi pada Jumat kepada penduduk di sejumlah kawasan di pinggiran selatan Beirut saat pasukan rezim Zionis itu melanjutkan serangan udara dan darat di negara tersebut.
Dalam pernyataan dari juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, rezim Zionis itu menuding bahwa penduduk berada di dekat fasilitas dan kepentingan milik Hezbollah yang akan menjadi sasaran tindakan militer Israel dalam waktu dekat.
Perintah evakuasi tersebut menyasar kawasan seperti Haret Hreik dan Tahouitat al-Ghadir yang dihuni oleh ribuan warga sipil Lebanon. “Kalian harus segera mengungsi dari gedung-gedung ini dan bangunan-bangunan yang berdekatan, serta menjaga jarak setidaknya 500 meter,” tambah juru bicara tersebut.
Baca juga: Israel Disebut Sedang Lancarkan “Perang Terbuka” Terhadap PBB
Israel telah meluncurkan operasi udara besar-besaran di Lebanon sejak bulan lalu terhadap apa yang mereka klaim sebagai target Hezbollah dalam eskalasi setelah setahun pertempuran lintas batas antara Israel dan kelompok tersebut sejak di mulainya serangan brutal Israel di Gaza.
Lebih dari 2.800 orang telah tewas dan hampir 13.000 terluka dalam serangan Israel sejak Oktober lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Israel memperluas konflik pada 1 Oktober tahun ini dengan melancarkan serangan yang juga sama brutal ke Lebanon selatan.
Warga Sipil
Sementara itu, warga sipil Lebanon di kota Saida dan Sarafand di selatan membantah klaim Israel yang menyatakan bahwa serangan udara menargetkan posisi Hizbullah, dan menegaskan bahwa serangan tersebut justru menghantam kawasan pemukiman dan menewaskan warga sipil.
Dalam salah satu serangan paling mematikan, serangan udara Israel pada Selasa (29/10) menewaskan 15 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, saat menghantam sebuah bangunan pemukiman di desa Sarafand, menurut pejabat setempat.
“Bangunan yang menjadi target berada di kawasan pemukiman tempat warga sipil tinggal. Area ini tidak pernah di gunakan untuk keperluan militer,” kata Wali Kota Sarafand, Ali Khalife, kepada Anadolu, seraya mencatat sekitar 18 serangan udara telah menghantam area tersebut baru-baru ini, dengan delapan warga sipil tewas sebelum serangan pada Selasa.
Bangunan tersebut di huni oleh 21 orang pada saat serangan, dengan 15 orang tewas, menurut Khalife.
“Israel telah melakukan pembantaian terhadap warga sipil, anak-anak, orang tua, dan perempuan,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa serangan tersebut melanggar hukum internasional karena para korban tidak terkait dengan kegiatan militer.
Saksi mata melaporkan kerusakan yang meluas terjadi pada infrastruktur sipil di Saida.
Abdullah, seorang pemilik toko, menggambarkan pecahan peluru dari serangan yang merusak bangunan sekitar. Serangan itu menghancurkan televisi, panel surya, dan pipa air di dekatnya.
“Di antara korban tewas terdapat anak-anak dan seorang dokter. Mereka sama sekali tidak memiliki hubungan dengan kegiatan militer,” kata Abdullah, menentang pernyataan Israel yang menyebut serangan menargetkan posisi militan.
Hassan, warga Saida lainnya, menekankan bahwa area yang menjadi target adalah wilayah sipil.
“Israel menembak orang-orang tak bersalah. Jika mereka ingin bertempur, sebaiknya mereka bertempur di perbatasan. Di mana negara-negara yang membela hak asasi manusia? Jika mereka benar-benar membela hak asasi manusia, mereka tidak akan mendukung perampas (Israel),” tegasnya.