Jakarta (Lampost.co) — Militer Israel memastikan pihaknya membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang dianggap sebagai dalang serangan 7 Oktober di Israel.
Sinwar telah menghindari upaya militer Israel untuk memburunya sejak perang balasan terhadap Hamas di Jalur Gaza, Palestina, dimulai tahun lalu.
Sudah lama dianggap sebagai perencana strategi militer Hamas di Gaza, sambil bersembunyi di terowongan yang bersilangan di bawah wilayah tersebut, Sinwar mengonsolidasikan kekuasaannya ketika ia diangkat menjadi pemimpin tertinggi Hamas pada musim panas.
Baca juga: Israel Pastikan Telah Bunuh Pemimpin Hamas Yahya Sinwar
Ia diangkat ke jabatan itu setelah pembunuhan kepala politik kelompok itu, Ismail Haniyeh, dalam dugaan serangan Israel di Teheran, Iran, pada Juli.
Lahir besar di Gaza
Sinwar lahir di kamp pengungsi di Khan Younis pada 1962. Keluarganya telah meninggalkan rumah itu bersama dengan ratusan ribu warga Palestina selama perang yang menciptakan negara Israel.
Sejarah inilah yang dikatakan telah memainkan peran utama dalam keputusannya untuk bergabung dengan Hamas pada tahun 1980-an. Sinwar direkrut oleh pendiri Hamas, Sheik Ahmed Yassin.
Tertangkap
Ia pertama kali tertangkap pada 1982, sebelum serangkaian penangkapan lain sepanjang 1980-an. Setelah bebas dari penjara pada 1985, Sinwar mendirikan Munazzamat al Jihad w’al-Dawa (Majd) bersama Rawhi Mushtaha. Organisasi yang bertujuan menyingkirkan warga Palestina yang bekerja sama dengan pemerintah Israel.
Pada 1987, organisasi ini menjadi polisi Hamas, menurut Pusat Informasi Palestina. Sinwar, yang terkenal brutal dan kejam, mendapat gelar Penjagal Khan Younis.
Penjara
Pada akhir 1980-an, Israel menangkap Sinwar dan mengaku telah membunuh 12 tersangka kolaborator. Dia mendapat hukuman empat hukuman seumur hidup atas pelanggaran yang termasuk membunuh dua tentara Israel.
Ia melakukan beberapa kali upaya untuk melarikan diri. Termasuk satu kali saat ia mencoba menggali lubang di lantai selnya dengan harapan ia bisa keluar melalui terowongan.
Yahya Sinwar menghabiskan lebih dari dua dekade di penjara Israel, tempat ia belajar bahasa Ibrani dan mengembangkan pemahaman tentang masyarakat Israel. Selama di penjara, Sinwar mengatakan kepada seorang jurnalis Italia bahwa penjara ialah tempat yang sulit.
“Penjara membangun Anda,” katanya. Ia menambahkan bahwa penjara memberinya waktu untuk memikirkan harga yang bersedia ia bayar untuk yang ia yakini.
Pertukaran tahanan
Ia di diagnosis menderita tumor otak pada 2008. dan bertahan hidup setelah mendapat perawatan dokter Israel. Ia akhirnya bebas dari penjara pada 2011 setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membuat kesepakatan pembebasan 1.026 tahanan sebagai imbalan atas seorang tentara Israel yang Hamas tangkap dalam serangan lintas perbatasan.
Sinwar di yakini telah mengatakan, “Bagi tahanan, menangkap seorang tentara Israel ialah berita terbaik di alam semesta, karena ia tahu bahwa secercah harapan telah terbuka untuknya.” Setelah bebas, ia menikah dan memiliki anak.
Tampuk kekuasaan
Setelah menjadi pimpinan Hamas di Gaza pada 2017, Sinwar bekerja sama dengan Ismail Haniyeh untuk menyelaraskan kelompok militan tersebut dengan Iran sekaligus meningkatkan kemampuan militernya. Ia memenangkan masa jabatan kedua pada 2021, sebelum menjadi pemimpin tertinggi Hamas setelah kematian Haniyeh.
Pada November, menteri pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan Sinwar di isolasi di bunkernya. “Ia terputus dari lingkungan sekitarnya, rantai komandonya melemah,” katanya.
Serangan 7 Oktober
Ada laporan dari tentara Israel bahwa Sinwar telah bersembunyi di antara para sandera di terowongan di bawah Gaza. Rekaman terakhir Sinwar yang menunjukkan seorang pria bungkuk berjalan melalui terowongan di bawah Gaza. Menemaninya yaitu sang istri dan anak-anaknya.
Video tersebut tentara Israel ambil selama penyerbuan di Gaza awal tahun ini tetapi di perkirakan berasal dari hari-hari setelah serangan 7 Oktober.
Sinwar, bersama dengan Mohammed Deif, kepala sayap bersenjata Hamas, di yakini telah merekayasa aksi teror di dalam Israel pada 7 Oktober. Deif tewas dalam serangan udara di Gaza pada Juli.
Serangan pada 7 Oktober tersebut menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, sementara 251 lainnya di sandera. Menurut otoritas kesehatan di Gaza, serangan balasan Israel di dalam Gaza melalui darat dan udara telah menewaskan 42.000 warga Palestina.
Tewas
Channel 12 melaporkan bahwa insiden yang terjadi pada Rabu (16/10) di kota selatan Rafah dan pasukan Israel yang beroperasi di daerah tersebut tidak tahu bahwa Sinwar ada di sana. Pasukan melihat beberapa pejuang memasuki gedung dan serangan di perintahkan terhadapnya yang meruntuhkan bangunan tersebut.
Hanya setelah tentara Israel tiba untuk memeriksa kerusakan, mereka menyadari bahwa salah satu mayat sangat mirip dengan Sinwar, kata Channel 12. Angkatan Darat Israel Eadio mengatakan bukti visual menunjukkan kemungkinan salah satu pria itu ialah Sinwar dan sedang melakukan tes DNA. Israel memiliki sampel DNA Sinwar dari masa-masanya di penjara Israel.