Jakarta (Lampost.co) — Presiden AS Joe Biden membantah pihaknya lamban merespons dampak Badai Helene di saat angin ribut tersebut menewaskan setidaknya 118 orang hingga Senin, 30 September 2024.
Badai Helene telah menghantam Amerika Serikat (AS) bagian tenggara, dan bencana alam tersebut menjadi topik hangat di tengah kampanye pemilu AS.
Gedung Putih membantah tuduhan bahwa pemerintah lamban dalam menangani dampak Badai Helene.
Baca juga: Badai Helene di Florida Telan 52 Korban Jiwa
Ratusan orang masih hilang di beberapa negara bagian AS di tenggara. Jumlah korban tewas terus bertambah. Biden berencana mengunjungi langsung Carolina Utara yang terdampak badai pada Rabu, 2 Oktober 2024, untuk memantau upaya penyelamatan.
Biden juga menuduh mantan presiden Donald Trump telah menyebarkan kebohongan. Kandidat presiden dari Partai Republik itu menuduh, tanpa bukti, bahwa pemerintah federal AS mengabaikan dampak Badai Helene dan menolak memberikan bantuan kepada para pendukungnya.
“Ia berbohong,” tegas Biden kepada awak media di Ruang Oval. Biden mengaku telah berbicara dengan Gubernur Carolina Utara Ray Cooper dan mengatakan bahwa Trump berbohong.
“Saya tidak tahu mengapa ia melakukannya. Karena itu sama sekali tidak benar dan tidak bertanggung jawab,” sambungnya, melansir Medcom.id, Selasa, 1 Oktober 2024.
Ratusan Korban Hilang
Setidaknya 118 orang tewas akibat Badai Helene dan banjir yang menyertainya — 49 di Carolina Utara, 25 di Carolina Selatan, 25 di Georgia, 14 di Florida, empat di Tennessee, dan satu di Virginia. Jumlah itu menurut penghitungan otoritas setempat yang media AFP himpun.
Petugas darurat melanjutkan pencarian terhadap ratusan orang yang masih belum diketahui keberadaannya di seluruh negara bagian yang terkena dampak. Hujan deras membawa malapetaka yang meluas.
Mereka juga bekerja untuk memulihkan pasokan air dan listrik ke daerah terdampak, menyingkirkan pohon tumbang, mengirimkan pasokan, dan mendaftarkan nama-nama penerima bantuan bencana.
Jumlah korban tewas diperkirakan terus meningkat, dengan layanan telepon seluler terputus di sebagian besar wilayah terdampak dan hingga 600 orang masih dinyatakan hilang.