Vientiane (Lampost.co) — Para pemimpin ASEAN akan berdiskusi mengenai krisis di Myanmar, konflik di Jalur Gaza dan ketegangan di Laut China Selatan dalam KTT ASEAN di Laos, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Rabu.
“Bagian terbesar dari KTT ke-45, yang digelar dalam format sesi retreat, atau sesi informal bagi para pemimpin ASEAN, akan ditujukan untuk membahas isu geopolitik, meski dari berbagai masalah geopolitik global dan regional, hanya krisis Myanmar, konflik Gaza dan ketegangan di Laut China Selatan yang akan dibahas,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikondet Phalangkun.
Mengenai krisis di Myanmar, para pemimpin memutuskan untuk mendukung inisiatif Thailand untuk menggelar konsultasi penyelesaian krisis pada Desember, tambahnya.
Baca juga: Paling Getol Bantu Israel untuk Hancurkan Gaza, AS Pasok Bantuan Militer Senilai Rp281,9 Triliun
Sedangkan tentang konflik Gaza, para pemimpin ASEAN mengkonfirmasi posisi sebelumnya, yakni mendukung solusi dua negara dan penyelesaian konflik secara damai.
Terkait situasi di Laut China Selatan, yang menjadi sangat tegang belakangan ini di tengah sengketa teritorial antara China-Vietnam dan China-Filipina, para pemimpin ASEAN memanggil para pihak untuk menjalankan norma hukum internasional yaitu Konvensi PBB tentang Hukum Maritim yang di adopsi pada 1982, ujar Phalangkun.
Ia juga mengatakan para pemimpin memberikan perhatian besar pada status ASEAN di tengah perseteruan geopolitik kekuatan dunia di Asia dan terutama di Asia Tenggara.
Para pemimpin sepakat bahwa mereka berada di situasi berat, yang menyebabkan mereka harus menjaga integritas ASEAN dan untuk memperkuat persatuan dan solidaritas di dalam asosiasi.
KTT berlangsung pada 6-11 Oktober di Vientiane, Laos. Topik utama yang di bahas adalah Mengembangkan Konektivitas dan Ketangguhan.