Jakarta (Lampost.co) — Lebanon pada Kamis, 3 Oktober 2024 mengajukan pengaduan resmi ke Dewan Keamanan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres atas serangan Israel ke wilayahnya yang melanggar batas demarkasi Blue Line (pemisah antara Lebanon dan Israel).
Pernyataan dari misi permanen Lebanon untuk PBB, yang disiarkan oleh kantor berita resmi negara itu, menyatakan bahwa pengaduan tersebut mengecam “agresi Israel terhadap kedaulatan Lebanon dan serangan pasukannya ke dalam perbatasan Lebanon” sejak malam 1 Oktober.
Israel meluncurkan operasi darat di Lebanon selatan, dengan beberapa pejabat mengatakan bahwa operasi itu untuk membangun zona penyangga keamanan yang akan berlangsung selama beberapa pekan.
Baca juga: Israel Serang Pusat Medis Lebanon, 6 Orang Tewas dan 7 Lainnya Terluka
Tentara Israel kemudian mengumumkan kematian prajurit pertamanya selama serangan darat tersebut.
Pada Kamis, Hizbullah melaporkan bahwa mereka berhasil menggagalkan enam upaya penyusunan oleh Israel di Lebanon selatan.
Misi Lebanon menyatakan bahwa Israel melanggar batas demarkasi Blue Line yang ditetapkan pada tahun 2000 dan mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang diadopsi pada 2006.
Resolusi tersebut menuntut penghentian penuh permusuhan antara Lebanon dan Israel dan pembentukan zona antara Blue Line dan Sungai Litani, yang bebas dari kelompok bersenjata kecuali Angkatan Bersenjata Lebanon dan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).
Pengaduan tersebut mencatat bahwa Israel telah mengerahkan pasukan militer, tank, dan kendaraan lapis baja di sepanjang perbatasan selatan Lebanon.
Targetkan Warga Sipil
Pasukan Zionis itu juga menargetkan warga sipil, pekerja bantuan, dan jurnalis. Serta secara membabi buta menembaki kota-kota dan desa-desa dengan lebih dari 8.570 serangan.
Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran sejak 23 September. Hal itu mereka sebut sebagai sasaran Hizbullah di seluruh wilayah Lebanon yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1.100 korban. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dalam konflik yang telah berlangsung selama setahun antara Israel dan kelompok perlawanan Lebanon. Sejak serangan brutal Tel Aviv ke Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 41.800 korban, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.
Sedikitnya 1.974 korban sejak saat itu telah tewas di Lebanon. Lebih dari 9.384 luka-luka, dan 1,2 juta orang mengungsi, menurut pihak berwenang.
Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.