Jakarta (Lampost.co) — Laporan Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan serangan Israel dua minggu terakhir ini telah menewaskan lebih dari 1.000 orang di Lebanon. Hampir seperempatnya adalah perempuan dan anak-anak. Ratusan ribu orang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Hizbullah adalah kelompok milisi yang terlatih dengan baik, yang memiliki puluhan ribu pejuang dan dilengkapi persenjataan 150.000 roket dan rudal. Pertempuran terakhir pada 2006 menemui jalan buntu. Kedua belah pihak telah menghabiskan waktu selama dua dekade terakhir untuk mempersiapkan diri menghadapi pertempuran berikutnya.
Serangan udara baru-baru ini yang menewaskan sebagian besar pimpinan tertinggi Hizbullah. Sementara ledakan ratusan penyeranta dan walkie-talkie milik Hizbullah mengindikasikan bahwa Israel telah menyusup jauh ke dalam jajaran petinggi kelompok tersebut.
Pemimpin sementara Hizbullah, Naim Kassem, mengatakan para komandan Hizbullah yang terbunuh telah diganti. Hal it ia sampaikan dalam sebuah pernyataan di televisi pada Senin, 30 September 2024,
Seiring dengan meningkatnya pertempuran, negara-negara Eropa telah mulai menarik diplomat dan warga negara mereka dari Lebanon.
Rapat Mendadak
Sementara itu Dewan Keamanan PBB jadwalkan pertemuan darurat bahas Timur Tengah. Pertemuan tersebut ditetapkan pada Rabu, 2 Oktober 2024 pukul 10 pagi waktu setempat di markas besar PBB di New York. Dalam suratnya kepada dewan, utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, menuduh Iran mencoba menghancurkan Israel dengan cincin api dari tujuh front.
Danon mendesak Dewan Keamanan untuk mengutuk negara tersebut dan menetapkan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) sebagai organisasi teroris. Iran mengatakan pihaknya melancarkan serangan rudal terhadap Israel sebagai balasan atas pembunuhan di Gaza dan Lebanon, serta pembunuhan para pemimpin Hamas, Hizbullah, dan IRGC.
Sementara peneliti senior di Pusat Kebijakan Internasional, Negar Mortazavi, mengatakan bahwa pemerintah Iran kemungkinan merasa bahwa jika mereka tidak menanggapi eskalasi Israel baru-baru ini, maka Zionis akan terus bertambah dan berlanjut.
Mortazavi mengatakan serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran terhadap Israel pada April atau dua minggu setelah serangan mematikan Israel terhadap konsulat negara itu di Suriah merupakan peringatan awal dan upaya untuk meningkatkan hingga meredakan ketegangan.
“Saya pikir pesan yang disampaikan Iran tentang serangan rudal terbarunya terlihat sama. Mereka menganggap ini sebagai tembakan peringatan lainnya,” katanya, melansir Mediaindonesia.com, Rabu, 2 Oktober 2024.