Ramallah (Lampost.co) – Dua organisasi hak asasi Palestina merilis laporan yang menyatakan bahwa para tahanan dari Gaza di Penjara Ofer Israel dekat Ramla menghadapi kondisi yang merendahkan dan mengejutkan.
Laporan Komisi Urusan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina merinci kondisi tragis dan kisah mengejutkan. Tentang penyiksaan dan penyalahgunaan yang diamati selama kunjungan tersebut. Termasuk praktik yang menurut kelompok itu merupakan penyiksaan sistematis.
Menurut organisasi hak asasi, pihak administrasi penjara Israel terus mencabut hak-hak tahanan. Dengan cara penyiksaan dan menggambarkan penyiksaan sebagai pengalaman inti bagi para tahanan Gaza.
Baca juga: Tentara Israel Tembak Mati Pria Palestina di Kamp Pengungsi
Para tahanan melaporkan mereka di paksa berteriak “terima kasih, Kapten (kepala penjara)” dalam bahasa Ibrani. Bagi mereka yang menolak, akan mendapat hukuman.
Tahanan Gaza tersebut juga mengungkap adanya penolakan terhadap layanan kesehatan. Dan di paksa duduk dalam posisi yang bertujuan merendahkan martabat mereka.
Kelompok hak asasi menyatakan bahwa narapidana menderita kedinginan. Terutama di malam hari karena pakaian hangat dan selimut yang tidak memadai.
Kelompok itu juga mencatat adanya pola perilaku balas dendam di antara para penjaga dan tentara yang tampaknya bersaing. Untuk melihat siapa yang dapat memperlakukan tahanan dengan lebih keras, serta penghilangan paksa yang memengaruhi ratusan tahanan dari Gaza.
Israel meluncurkan perang di Gaza setelah serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023. Sejak saat itu, ribuan tahanan dari wilayah tersebut, termasuk wanita, anak-anak, orang tua, dan tenaga medis, di laporkan di tahan di penjara-penjara Israel.