Paris (Lampost.co)—Dirjen UNESCO, Audrey Azoulary, menetapkan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) sebagai penerima penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World 2024. Hal itu berdasarkan rekomendasi juri internasional yang terdiri dari para ahli.
Dalam pengumuman penghargaan tersebut, Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, menekankan warisan dokumenter merupakan jendela unik dan tak tergantikan. Yang dapat memperlihatkan sejarah manusia, yang memberikan wawasan ke dalam pemikiran, budaya, dan pengalaman hidup dari masa lalu. “Upaya kita untuk bersama-sama meningkatkan pelestarian dan peningkatan akses warisan dokumen ini harus terus berlanjut. Saya mengucapkan selamat kepada Perpustakaan Nasional Indonesia atas keberhasilan meraih penghargaan ini,” kata Audrey Azoulay.
Dalam rekomendasi juri internasional, mereka mengakui dedikasi Perpusnas dalam pelestarian dan peningkatan akses ke manuskrip Indonesia. Upaya ini meliputi berbagai program ekstensif yang mencakup festival manuskrip, publikasi yang luas, dan inisiatif pendidikan untuk anak-anak serta pemuda.
Perpustakaan Nasional Indonesia akan menerima penghargaan itu dalam sebuah upacara di Cheongju, Republik Korea, 4 september 2024, bertepatan dengan Hari Jikji.
Sekilas Perpustakaan Nasional Indonesia
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berdiri sejak tahun 1980. Perpurnas telah melestarikan koleksi manuskrip Indonesia secara signifikan, yang mencerminkan keantikan dan keragaman tradisi manuskrip di Indonesia. Dengan pengesahan Undang-Undang tentang Perpustakaan tahun 2007, Perpusnas telah melaksanakan program pengelolaan manuskrip di seluruh negeri. Termasuk advokasi, inventarisasi dan akuisisi, pelestarian, aksesibilitas, penelitian dan publikasi, serta pembangunan kapasitas, dan restitusi.
Direktur Pelaksana Perpusnas Indonesia, E Aminudin Aziz, menekankan penciptaan ekosistem yang kuat untuk program pelestarian dan peningkatan akses manuskrip yang berkelanjutan adalah hal yang sangat penting. Ekosistem ini meliputi upaya advokasi untuk pemilik manuskrip, peningkatan pelestarian, dan perluasan akses, yang mana memiliki tantangan tersendiri untuk direalisasikan. “Namun, upaya ini sangat berharga karena memungkinkan lebih banyak orang memperoleh manfaat dan mengapresiasi warisan dokumenter kita,” katanya.
Penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World
Pemberian penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World untuk memperingati pencantuman Buljo Jikji Simche Yojeol. Sebuah karya tertulis Korea yang mendapat pengakuan sebagai buku tertua yang tercetak dengan menggunakan huruf logam yang dapat dipindahkan. Dengan dukungan dana 30.000 dolar AS dari Republik Korea melalui Kota Cheongju, penghargaan ini bertujuan menghargai upaya-upaya yang berkontribusi pada pelestarian dan peningkatan akses warisan dokumen sebagai warisan bersama umat manusia.
UNESCO mendirikan program Memori Dunia pada tahun 1995 untuk membantu melestarikan warisan dokumenter dunia–sebuah repositori yang kaya akan memori kolektif. Dokumen ini, baik dalam bentuk tertulis, audio, maupun visual, sangatlah rapuh dan memerlukan kerja sama global yang terkoordinasi dengan baik untuk memastikan keberlangsungan hidup dokumen tersebut serta akses berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Dalam kemitraan erat dengan pemerintah dan lembaga swasta, UNESCO bekerja untuk melindungi dan menyimpan dokumen asli yang tidak berubah, serta membuat dokumen tersebut dapat semua orang akses. Program ini melibatkan jaringan komite nasional dan lembaga pengarsipan lokal di seluruh dunia. Program ini khususnya memfokuskan pada wilayah yang terdampak oleh konflik atau bencana alam.