Paris (Lampost.co)—Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, salah satu media sosial terbesar di dunia telah ditangkap pihak berwajib Prancis di Bandara Beauvais, 80 kilometer arah utara Paris. Melansir AFP, pihak berwajib mengatakan pria berumur 39 tahun kelahiran Rusia tersebut ditangkap karena dugaan pelanggaran hukum yang meliputi media sosial Telegram.
Melansir DW, Lembaga OFMI Prancis untuk mencegah kejahatan pada anak di bawah umur, telah menangkap Durov. hal itu bagian investigasi mereka terhadap dugaan penipuan, perdagangan narkoba, perundungan siber, kejahatan terorganisasi, dan promosi terorisme.
Pihak berwajib Prancis menangkap Durov pada Sabtu, 24 Agustus 2024, setelah mendarat di Bandara Beauvais. Saat itu Durov menggunakan pesawat jet pribadinya pukul 8 waktu lokal Paris.
Telegram merupakan salah satu media sosial terpopuler di dunia yang saat ini mengincar sebanyak 1 miliar pengguna tahun depan. Pavel Durov dan saudaranya Nikolai Durov mengembangkan media sosial tersebut pada tahun 2013.
Durov meninggalkan Rusia pada 2014 setelah menolak mematuhi permintaan Pemerintah Rusia untuk menutup platform media sosial oposisi. Durov kemudian mendapatkan kewarganegaraan Prancis, Uni Eropa, dan Uni Emirat Arab pada tahun 2021.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, pejabat-pejabat kedua negara tersebut telah memakai Telegram untuk menyampaikan pesan mereka. Pesan itu terkait perang Ukraina dan masalah-masalah domestik yang mereka hadapi.
Media sosial tersebut juga telah Hamas gunakan untuk membicarakan terkait perang Gaza yang masih berlangsung.
Pemerintah Rusia sempat melarang penggunaan aplikasi tersebut pada tahun 2018. Namun, pelarangan tersebut kemudian mengalami pembatalan pada tahun 2021. Melansir BBC, Kedutaan Rusia di Prancis telah mengambil “langkah secepatnya” untuk mengklarifikasi situasi.