Jakarta (Lampost.co) : Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menyampaikan 50 negara di benua Eropa membutuhkan perlindungan dari senjata nuklir secara mandiri. Ia mengaku siap untuk mempertahankan argumennya dalam forum pertahanan bersama Eropa.
Macron mengesampingkan kekuatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO serta Amerika Serikat (AS). Menurut dia Eropa harus terbebas dari ketergantungan terhadap kekuatan lain.
“Saya siap untuk membuka perdebatan ini yang harus mencakup pertahanan anti-rudal, kemampuan jarak jauh, dan senjata nuklir bagi mereka yang memilikinya atau yang menjadi tuan rumah persenjataan nuklir Amerika,” katanya.
Macron mengatakan beberapa pilihan jenis senjata itu harus melindungi Eropa dari ancaman perang nuklir. Prancis akan mempertahankan kekhususannya tetapi siap berkontribusi lebih banyak untuk pertahanan Eropa.
Setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa, Prancis menjadi satu-satunya anggota blok tersebut yang memiliki senjata nuklirnya sendiri. Dalam pidatonya, Kamis, di hadapan mahasiswa di Universitas Sorbonne Paris, Macron memperingatkan Eropa menghadapi ancaman nyata dari agresi Rusia.
Dia meminta benua tersebut untuk mengadopsi strategi pertahanan yang kredibel dan tidak terlalu bergantung pada AS.
“Menjadi kredibel juga berarti memiliki rudal jarak jauh untuk menghalangi Rusia. Dan kemudian ada senjata nuklir doktrin Prancis adalah bahwa kita dapat menggunakannya ketika kepentingan vital kita terancam,” ujarnya.
Membangun kebijakan pertahanan bersama Eropa telah lama menjadi tujuan Prancis. Namun, hal ini mendapat tentangan dari negara-negara Uni Eropa lainnya yang menganggap perlindungan NATO lebih tepat.
Namun, invasi Rusia ke Ukraina dan kemungkinan kembalinya Donald Trump yang isolasionis sebagai presiden AS telah menghidupkan kembali seruan otonomi pertahanan Eropa yang lebih besar.