Jakarta (Lampost.co)—Naim Qassem adalah seorang ulama dan politikus Lebanon yang saat ini menjabat sebagai sekretaris jenderal Hizbullah setelah menggantikan Hassan Nasrallah pada Selasa (29/10/2024), setelah kematian Hashem Saffiedine, calon pengganti Nasrallah sebelumnya.
“Kami memohon kepada Allah Yang Mahakuasa untuk memberikan bimbingan-Nya dalam tugas mulia Sheikh Naim Qassem dalam memimpin Hizbullah dan perlawanan Islaminya,” tulis Hizbullah di Telegram, Selasa (29/10/2024).
Sebelumnya, ia telah lama berperan sebagai wakil sekretaris jenderal Hizbullah sejak tahun 1991.
Qassem terkenal sebagai salah satu tokoh utama dalam ideologi kelompok ini. Dia juga memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah strategis Hizbullah di Lebanon dan kawasan Timur Tengah. Berikut profilnya.
Latar Belakang dan Pendidikan
Naim Qassem lahir pada 1953 di Desa Kfar Kila, Lebanon Selatan. Berasal dari keluarga Syiah, ia memulai pendidikan agamanya di bawah bimbingan Ayatollah Mohammad Hussein Fadlallah, ulama terkemuka.
Selain belajar teologi, Qassem juga menempuh pendidikan formal dan meraih gelar sarjana kimia dari Universitas Lebanon pada 1970-an.
Pada 1970-an, Qassem aktif dalam gerakan politik dan menjadi anggota partai Amal pimpinan Musa al-Sadr.
Ia juga berperan mendirikan Persatuan Mahasiswa Muslim Lebanon dan memimpin Asosiasi Pendidikan Agama Islam dari 1974 hingga 1988. Pengalaman ini memperkuat posisinya dalam gerakan Syiah di Lebanon dan membawanya menjadi salah satu pendiri Hizbullah.
Karier di Hizbullah
Qassem memainkan peran penting dalam perkembangan awal Hizbullah sebagai kelompok milisi dan partai politik Syiah di Lebanon.
Ia terkenal memiliki hubungan dekat dengan para pendiri Hizbullah lainnya, termasuk Hassan Nasrallah, dan berperan dalam membentuk struktur ideologi dan politik kelompok tersebut.
Pada 1991, dalam konklaf kedua Hizbullah, Qassem terpilih sebagai wakil sekretaris jenderal, posisi yang ia pertahankan selama lebih dari tiga dekade.
Sebagai wakil sekretaris jenderal, Qassem bertanggung jawab atas pengawasan kegiatan parlemen dan pemerintahan Hizbullah serta berbagai inisiatif pendidikan.
Ia juga terkenal sebagai ideolog utama Hizbullah, menulis lebih dari selusin buku tentang isu-isu agama dan politik. Salah satu bukunya yang terkenal adalah Hizbullah: The Story from Within yang memberikan pandangan mendalam tentang ideologi dan sejarah kelompok tersebut.
Pada 5 Oktober 2024, Qassem dilaporkan meninggalkan Lebanon ke Iran menggunakan pesawat terbang Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, di tengah gempuran Israel di Lebanon dan dua hari setelah kematian Hashem Saffiedine.
Kepemimpinan Baru
Pada Selasa, 29 Oktober 2024, Naim Qassem resmi menjadi sekretaris jenderal Hizbullah menggantikan Hassan Nasrallah. Pengangkatannya terjadi setelah Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel pada September 2024 dan penggantinya pada Oktober 2024.
Qassem diangkat dengan dukungan penuh sayap militer dan politik Hizbullah serta didukung Iran, yang memiliki pengaruh besar dalam struktur kepemimpinan Hizbullah.
Pandangan dan Kebijakan
Naim Qassem terkenal dengan pandangan kerasnya terhadap Israel dan dukungannya terhadap perjuangan Palestina.
Ia secara terbuka menolak setiap upaya normalisasi hubungan dengan Israel dan menganggap perlawanan bersenjata sebagai satu-satunya cara menghadapi pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Selain itu, Qassem menegaskan pentingnya perlawanan terhadap dominasi Barat di kawasan Timur Tengah.
Qassem memiliki hubungan erat dengan Iran dan secara konsisten mendukung kebijakan luar negeri Iran di kawasan.
Ia sering berbicara tentang pentingnya persatuan umat Islam dalam menghadapi tantangan global dan menekankan peran Hizbullah sebagai pelindung komunitas Syiah di Lebanon dan sekitarnya.