Tel Aviv (Lampost.co)—Puluhan ribu orang berunjuk rasa di Tel Aviv, Israel. Mereka mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menerima proposal gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza seperti pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pekan lalu.
Mengutip Sky News, perkiraan ada 120.000 orang yang turun ke jalanan Tel Aviv untuk menyerukan koalisi pemerintahan sayap kanan menerima kesepakatan gencatan senjata Biden.
Proposal Biden terdiri dari tiga fase, yang meliputi gencatan senjata, pembebasan sandera oleh kelompok Hamas, penarikan pasukan Israel, dan rekonstruksi Jalur Gaza.
Bentrokan sempat terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi di Tel Aviv. Polisi menangkap dua orang dan 14 lainnya terluka ketika penggunaan meriam suara untuk membubarkan massa.
Polisi mengerahkan sebuah meriam air ke lokasi aksi, yang terbesar dalam menentang pemerintahan Netanyahu sejak 7 Oktober 2023.
Kehabisan Waktu
Sementara itu, keluarga para sandera mengatakan waktu untuk memulangkan kembali orang-orang yang mereka cintai hampir habis.
Sekitar 120 dari 252 orang yang Hamas sandera kemungkinan masih ada di Gaza. Menurut Otoritas Kesehatan Palestina, serangan balasan Israel atas operasi Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 36.000 orang.
“Ini mungkin kesempatan terakhir untuk menyelamatkan nyawa,” kata Gili Roman, salah satu pihak keluarga sandera.
Hamas membebaskan kakak perempuannya, Yarden Roman-Gat, dalam skema gencatan senjata selama sepekan pada November 2023. Tetapi Hamas masih menahan saudara iparnya, Carmel.
“Kepemimpinan kita tidak boleh mengecewakan. Tapi yang terpenting, semua mata harus tertuju pada Hamas,” kata Roman.
Pekan lalu, ajudan PM Netanyahu mengatakan Israel telah menerima proposal Biden.
Dalam sebuah wawancara dengan Sunday Times, Ophir Falk, kepala penasihat kebijakan luar negeri untuk Netanyahu, mengatakan proposal Biden adalah “kesepakatan yang kami setujui-itu bukan kesepakatan yang bagus, melainkan kami sangat ingin para sandera bebas, semuanya.”
“Ada banyak detail yang harus kami tinjau kembali,” sambung Falk. Dia seraya menambahkan persyaratan Israel, termasuk “pembebasan para sandera dan penghancuran Hamas sebagai organisasi teroris genosida”, tidak berubah. (Theresia Vania Somawidjaja)