Gaza (Lampost.co) — Puluhan ribu warga Palestina mulai kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza utara usai gencatan senjata Israel–Hamas mulai berlaku pada Jumat, 10 Oktober 2025. Pemandangan mengharukan terlihat di sepanjang jalan utama Gaza. Banyak warga berjalan kaki berjam-jam melewati reruntuhan dan puing-puing bangunan yang hancur akibat perang panjang.
Poin Penting:
-
Puluhan ribu warga Palestina pulang ke utara Gaza setelah gencatan senjata.
-
Pasukan Israel ditarik sesuai rencana 20 poin Donald Trump.
-
Tahap kedua rencana perdamaian akan bentuk pemerintahan baru Gaza.
Sebagian lainnya memilih naik gerobak yang ditarik keledai, sepeda, dan sepeda motor tua. Beberapa mobil yang masih berfungsi juga tampak membawa anak-anak, lansia, serta perbekalan. Meski penuh risiko, semangat untuk pulang tampak jelas di wajah warga Gaza yang sudah berbulan-bulan hidup dalam pengungsian.
Jalur Gaza Dipadati Ribuan Pengungsi
Menurut laporan media lokal, ribuan pengungsi bergerak dari wilayah Gaza selatan menuju rumah mereka di utara. Jalur utama Al-Rashid di pesisir barat dan Salah al-Din di timur menjadi titik arus balik warga. Banyak keluarga mendirikan tenda sementara di atas reruntuhan rumah mereka, menandakan tekad kuat untuk memulai hidup baru.
Baca juga: KTT Perdamaian Gaza Langkah Akhiri Konflik Timur Tengah
Kantor media Pemerintah Gaza menyebut, lebih dari 5.000 misi kemanusiaan dan kesehatan berjalan dalam 24 jam terakhir. Operasi tersebut meliputi penyelamatan korban, pendistribusian bantuan, hingga perawatan medis bagi pengungsi yang kelelahan.
Israel Tarik Pasukan
Penarikan pasukan Israel secara bertahap dari wilayah Gaza berjalan sesuai rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sesuai kesepakatan gencatan senjata, pasukan Israel mundur hingga garis kuning pada Jumat sore.
Kota Gaza di utara kini hampir sepenuhnya kosong dari pasukan Israel, kecuali di wilayah Shejaiya, Al-Tuffah, dan Zeitoun. Sementara itu, pasukan masih bertahan di sebagian Khan Younis bagian tengah dan timur. Namun, warga tidak memasuki Beit Hanoun dan Beit Lahia karena masih berisiko tinggi akibat ranjau dan reruntuhan berat.
Trump sebelumnya mengumumkan Israel dan Hamas telah menyepakati pelaksanaan tahap pertama rencana 20 poin perdamaian Gaza yang ia rancang pada 29 September lalu. Tahapan ini mencakup gencatan senjata, pertukaran tawanan, dan penarikan bertahap pasukan Israel.
Pemerintahan Baru Gaza tanpa Hamas
Dalam tahap kedua rencana Trump, akan membentuk mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa partisipasi Hamas. Pemerintahan sementara itu rencananya akan terdiri dari perwakilan warga Palestina, dengan bantuan pasukan keamanan gabungan dari negara-negara Arab dan Islam.
Selain itu, pelucutan senjata Hamas juga menjadi bagian penting dari agenda tersebut. Harapannya, dengan langkah tersebut menciptakan stabilitas jangka panjang dan membuka jalan bagi perdamaian permanen di Timur Tengah.
Gaza Nyaris Tak Layak Huni
Sejak Oktober 2023, agresi militer Israel menewaskan hampir 67.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Infrastruktur hancur total, membuat wilayah Gaza hampir tidak layak huni. Rumah sakit kewalahan, air bersih langka, dan listrik hanya menyala beberapa jam sehari.
Meskipun demikian, banyak warga Gaza tetap memilih pulang. “Kami tidak punya apa-apa lagi, tapi ini tanah kami,” kata salah satu pengungsi di Khan Younis sambil membawa barang seadanya.