Gaza (Lampost.co)—Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza utara, Palestina, beroperasi dalam gelap selama berjam-jam sejak, Jumat pagi akibat kehabisan bahan bakar.
“Kamis malam itu kami mendengar dari ketua servis Rumah Sakit Indonesia bahwa Jumat mereka akan mengatur aliran listrik di RS Indonesia,” kata Relawan MER-C di Gaza Fikri Rofiul Haq, melalui keterangan dalam akun media resmi lembaga kemanusiaan itu di X, @mercindonesia, pada Sabtu.
Aliran listrik di rumah sakit itu akan dinyalakan untuk beberapa ruangan saja demi menghemat bahan bakar.
Beberapa ruangan yang dialiri listrik tersebut antara lain ruang operasi, ruang perawatan intensif, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan pompa air.
Pengurangan pemakaian listrik, kata Fikri, telah dimulai sejak Jumat pagi. Namun, pemadaman lampu dilakukan mulai sore sampai malam hari.
Pada Jumat malam itu, hanya ruangan-ruangan tertentu yang diusahakan tetap menyala.
Sabtu ini RS Indonesia mencoba menyalakan aliran listrik dengan menggunakan minyak goreng.
“Namun, percobaan ini tidak untuk dua generator besar yang dimiliki RS Indonesia, tapi pada generator kecil yang beberapa waktu lalu dibawa ke rumah sakit Indonesia,” tutup Fikri.
Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Atef Kahlout mengatakan terjadi serangan cukup dahsyat pada Kamis, 9 November 2023. Setidaknya ada 11 rudal milik Israel yang menyerang lingkungan sekitar rumah sakit.
“Rumah sakit tersebut hancur sebagian akibat pengeboman tersebut,” kata Kahlout kepada Al Jazeera dikutip dari Medcom.id pada Jumat, 10 November 2023.
Dalam video yang tersebar di media sosial itu terlihat serangan menunjukkan cahaya terang muncul di langit dekat gedung rumah sakit, tempat ribuan pengungsi internal berlindung.
Video tersebut juga menunjukkan orang-orang dengan panik berlari dari halaman rumah sakit, tempat tenda didirikan, menuju gedung rumah sakit untuk berlindung.
“Pecahan besar dari peluru terbang ke rumah sakit. Fasilitas tersebut tidak akan beroperasi dalam 24 jam karena kekurangan bahan bakar,” ujar Kahlout.
Sebelum serangan itu, Gedung Putih menyatakan bahwa Israel telah menyetujui untuk menghentikan pertempuran selama empat jam setiap hari. Mengutip Reuters, jeda tersebut, memungkinkan warga Palestina untuk melarikan diri dari Gaza utara.
Menurut Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, kesepakatan itu merupakan langkah awal yang signifikan. Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa jeda apa pun bisa saja dibatalkan.
Netanyahu juga memastikan tidak ada konfirmasi resmi mengenai rencana jeda yang berulang. Bahkan ia mengatakan bahwa pertempuran melawan Hamas akan terus berlanjut.
“Pertempuran terus berlanjut melawan musuh Hamas, teroris Hamas, tetapi di lokasi tertentu untuk jangka waktu tertentu, yaitu beberapa jam di sini atau selama beberapa jam di sana. Kami ingin memfasilitasi perjalanan yang aman bagi warga sipil untuk menjauh dari zona pertempuran dan kami melakukan hal itu,” kata dia.
RS Indonesia merupakan salah satu dari beberapa rumah sakit di Gaza yang menampung para korban perang Israel dan Hamas. Jika rumah sakit ini tak bisa beroperasi, maka nasib pasien tidak pasti.
Sekitar Rumah Sakit Indonesia di Gaza kerap menjadi target serangan Israel. Mereka menuding militan Hamas bersembunyi di dalam rumah sakit.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menjawab tuduhan Israel yang menyebut Rumah Sakit Indonesia di Gaza digunakan sebagai salah satu markas kelompok pejuang Hamas.
Nurjanah