New York (Lampost.co)—Rusia bertekad menghancurkan persenjataan, baik senjata tipe serang atau defensif, kiriman negara-negara Barat ke Ukraina. Peringatan ini munculnya setelah beredar laporan rencana Amerika Serikat (AS) mentransfer sistem pertahanan udara Patriot ke Kyiv.
Mengutip Anadolu Agency, Selasa (2/7/2024), Wakil Tetap Rusia di PBB, Vassily Nebenzia, menanggapi laporan pembicaraan mengenai transfer sistem Patriot yang sudah tua dari Israel ke Ukraina.
“Kami mendesak semua negara yang belum melakukannya untuk tidak memberikan senjata kepada Ukraina,” kata Nebenzia.
“Nasib dari senjata yang akan mereka ekspor ke Ukraina sudah jelas. Senjata-senjata itu akan kami hancurkan seperti senjata-senjata lain yang Barat dan AS pasok ke Ukraina,” tegasnya. Dia mengatakan hal itu dalam sebuah konferensi pers setelah Rusia memegang presidensi Dewan Keamanan PBB untuk satu bulan.
Menanggapi pernyataan eks Presiden AS Donald Trump baru-baru ini, yang sesumbar dapat mengakhiri perang di Ukraina dalam sehari jika terpilih kembali, Nebenzia mengatakan Moskwa sudah pernah mendengar klaim ini sebelumnya.
“Krisis Ukraina tidak dapat selesai dalam satu hari,” ujar Nebenzia.
Solusi Putin
Menyinggung solusi ajuan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 14 Juni 2024, Nebenzia menyebutkan Sang Presiden mengatakan situasi di lapangan telah berubah dan hal ini harus menjadi pertimbangan.
Pada 14 Juni 2024, Putin meminta Ukraina menarik pasukannya dari wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Ia juga menuntut pembatalan semua sanksi Barat terhadap Rusia.
Mengenai kesenjangan yang makin dalam antara Rusia, Tiongkok, Korea Utara, dan negara-negara Eropa dengan Barat, Nebenzia mengatakan negara-negara Eropa cenderung berada di “zona nyaman”. Ia mengatakan negara-negara Eropa tidak mau mengakui munculnya pusat kekuatan baru, hanya berusaha mempertahankan dominasi kekuatan lama yang mereka nikmati selama 500 tahun terakhir.
“Orang-orang Eropa, Anda mungkin menyebut mereka sekutu, tapi saya akan menyebut mereka antek-antek (Barat),” sebut Nebenzia.
Ia juga mengatakan banyak negara ingin memainkan peran yang lebih besar dalam politik dunia. Dan ini tercermin dalam proses reformasi Dewan Keamanan PBB. Merujuk di awal konferensi pers, Nebenzia mengatakan situasi di Palestina “akan tetap menjadi sorotan” selama masa kepresidenan Rusia di Dewan Keamanan PBB.
Nebenzia mengumumkan tiga “acara penting” pimpinan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, selama masa kepresidenan di DK PBB.
Acara pertama adalah debat tingkat menteri tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Yang kedua adalah sesi tingkat tinggi tentang kerja sama antara PBB dan organisasi regional. Dan yang ketiga debat terbuka mengenai isu Timur Tengah. (Shofiy Nabilah)