Jakarta (Lampost.co) — Tiongkok meminta agar Jepang tidak mengirim kapal militer melintasi Selat Taiwan demi menjaga kesepakatan prinsip Satu Tiongkok.
“Kami mendesak Jepang untuk menghormati komitmennya dan bertindak bijaksana terkait masalah Taiwan serta menahan diri dari menyebabkan gangguan pada hubungannya dengan Tiongkok maupun perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, mengutip Mediaindonesia.com, Jumat, 27 September 2024.
Militer Jepang diketahui menggunakan kapal perusak JS Sazanami melintasi perairan Selat Taiwan pada Rabu (25/9) dan menghabiskan waktu lebih dari 10 jam berlayar ke selatan untuk menyelesaikan perlintasan. Pelayaran yang dilakukan bersama dengan kapal-kapal angkatan laut dari Australia dan Selandia Baru itu disebut untuk pertama kali terjadi sejak Perang Dunia II.
Baca juga: Kedahsyatan Topan Gaemi Tenggelamkan Kapal Barang di Taiwan
“Masalah Taiwan menyangkut kedaulatan dan integritas teritorial Tiongkok. Ini merupakan landasan politik hubungan Tiongkok-Jepang dan garis merah yang tidak boleh dilanggar,” tambah Lin Jian.
Militer Tiongkok, kata Lin Jian, telah menangani sesuai dengan hukum dan peraturan masuknya kapal milik Pasukan Bela Diri Maritim Jepang ke Selat Taiwan. “Tiongkok sangat waspada terhadap niat politik Jepang di balik tindakan ini dan telah mengajukan protes kepada pihak Jepang,” ungkap Lin Jian.
Lin Jian mengatakan Jepang membuat komitmen yang jelas mengenai hal ini dalam Pernyataan Bersama Tiongkok-Jepang pada 1972. “Pemerintah Jepang mengakui pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (PRT) sebagai satu-satunya pemerintah Tiongkok yang sah. PRT menegaskan kembali bahwa Taiwan merupakan bagian yang tidak dapat dicabut dari wilayah Republik Rakyat Tiongkok. Pemerintah Jepang sepenuhnya memahami dan menghormati posisi PRT dan dengan tegas mempertahankan posisinya berdasarkan Pasal 8 Proklamasi Potsdam.”
Pertama Sejak 17 Tahun
Kapal milik Angkatan Laut Australia (RAN) berpeluru kendali HMAS Sydney (DDG 42) dan kapal perbekalan HMNZS Endeaveour (A11) dari Angkatan Laut Selandia Baru (RNZN) juga melintasi Selat Taiwan mulai pukul 14.00 waktu setempat. Pelayaran kapal milik AL Selandia Baru itu ialah yang pertama sejak 17 tahun di Selat Taiwan.
Sedangkan Tiongkok pada Rabu (25/9) juga menyampaikan telah berhasil melakukan peluncuran langka rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic atau ICBM missile) ke Samudra Pasifik. Peluncuran tersebut di perkirakan menjadi yang pertama di lakukan dalam beberapa dekade terakhir.
Kementerian Pertahanan Tiongkok dalam pernyataan tertulisnya menyebut Pasukan Roket militer Tiongkok telah meluncurkan ICBM yang membawa hulu ledak tiruan ke laut lepas di Samudra Pasifik, tanggal 25 September, pukul 08.44 waktu setempat. Rudal tersebut terjatuh ke wilayah laut yang di perkirakan.
Peluncuran rudal antarbenua itu memicu protes dari negara-negara lain di kawasan tersebut termasuk Jepang. Dengan mengatakan tidak menerima pemberitahuan sebelumnya dari pihak Tiongkok. Jepang menambahkan peningkatan aktivitas militer Beijing di kawasan merupakan kekhawatiran serius.
Namun Lin Jian membantah tidak memberitahukan Jepang. “Peluncuran uji coba tersebut merupakan pengaturan rutin dalam rencana pelatihan tahunan kami. Hal ini sejalan dengan hukum internasional dan praktik internasional serta tidak di tujukan terhadap negara atau target mana pun. Kami telah memberi tahu negara-negara terkait sebelumnya,” kata Lin Jian.
Selain itu, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, pada Kamis (26/9), ada 43 pesawat tempur Tiongkok dan delapan kapal perang Tiongkok terdeteksi berada di dekat Taiwan dalam 24 jam terakhir.