Bandar Lampung (Lampost.co) — Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Lampung terus memperlihatkan tren kenaikan setiap bulannya.
Dalam lima bulan awal pada 2024 ini, Dinas Kesehatan Lampung menemukan 5.149 kasus DBD. Kejadian itu tersebar di 15 kabupaten/kota dengan angka kematian mencapai 21 kasus.
Ketua Bidang Mitigasi Bencana Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung, Aditya, mengatakan penanganan inovatif sangat perlu untuk menekan kasus DBD.
BACA JUGA: Kasus DBD di Lampung Sepanjang 2024 Membludak, ini Sebarannya
Terlebih, permasalahan kesehatan ke depan akan makin kompleks dan multi-faktor. Untuk itu, perlu ada inovasi dan tindakan antisipatif terhadap masalah itu.
“Kami tidak bisa hanya mengandalkan upaya biasa saja, tetapi perlu tindakan yang tidak biasa,” ujar Aditya, Kamis, 27 Juni 2024.
Contoh tindakan pencegahan yang biasa adalah gerakan menguras, menutup, dan mendaur ulang (3M plus). Sebab, upaya itu justru perlu lebih masif dan perbaikan di lapangan.
Apalagi, dunia tengah berlomba dengan mekanisme mutasi dari virus dengue yang secara alami akan terus mempertahankan eksistensinya. Sehingga, riset dan rekayasa lingkungan dan gencar guna menciptakan inovasi serta metode baru dalam menekan kasus DBD.
Untuk mencapainya, riset dan rekayasa lingkungan perlu memiliki pendanaan dan penguatan melalui dukungan pemerintah dan berbagai pihak terkait. “Tanpa upaya itu akan menghadapi permasalahan yang sama, bahkan lebih besar lagi,” ujar dia.
Menurut dia, tingginya kasus DBD karena pengaruh curah hujan dan saluran pembuangan atau drainase yang kurang memadai. Hal itu membuat banyak genangan air sebagai lingkungan ideal bagi nyamuk aedes aegypti sehingga berkembang biak.
“Penanganan DBD memerlukan upaya bersama yang terkoordinasi dengan baik. Semua pihak harus berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang efektif,” kata dia.