Jakarta (Lampost.co) — Saraf terjepit adalah kondisi di mana saraf tertekan oleh jaringan di sekitarnya seperti tulang, otot, atau tulang rawan. Tekanan ini dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk nyeri, kesemutan, dan mati rasa.
Tapi, tahukah kamu bahwa spektrum gejala saraf terjepit cukup luas, mulai dari pegal, nyeri, kesemutan, hingga sensasi tersetrum dan mati rasa.
Hanya saja, gejala tersebut kita rasakan di bagian tubuh yang digerakkan oleh saraf pada tulang belakang. Misalnya, di pinggang saja atau dari pinggang menyebar ke paha sampai ke ujung kaki.
Baca Juga:
Cara Merawat Kesehatan Anak dengan Down Syndrome: Panduan Lengkap untuk Orang Tua
Beda saraf terjepit
Bagaimana membedakan pegal akibat lelah dan pegal akibat saraf terjepit?
Menurut dr. Irca Ahyar Sp.N, DFIDN dari DRI Clinic, pegal biasa umumnya akan hilang jika kita pijat atau ketika kita istirahat sebentar. Sedangkan pegal akibat saraf terjepit cenderung konsisten.
“Kalaupun hilang sesaat, dia akan muncul kembali di area yang sama. Begitu terus-menerus. Ketika pegalnya secara konsisten dirasakan di pinggang, misalnya, Anda sebaiknya menjalani pemeriksaan penunjang untuk memastikan,” kata dr. Irca.
Menurutnya, rasa pegal ini sering kali terabaikan karena kita anggap gejala ringan. Banyak pasien mengira pegal itu akan hilang sendiri.
Inilah kenapa gejala pegal sering kali misleading. Karena kita mengira pegal biasa, seseorang jadi tidak datang ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Benturan, baik yang terjadi di bagian bawah, samping, atau tengah, tidak selalu segera menimbulkan gejala. Kalaupun muncul gejala, belum tentu dirasa mengganggu.
Hal ini tergantung pada usia. Jika usia masih produktif atau masih anak-anak, gejala tersebut cenderung terabaikan. Jika benturan terjadi pada usia 45 tahun ke atas, maka jatuh selembut apa pun akan menimbulkan gejala yang cukup signifikan.
Mengapa? “Ketika bertambah usia, struktur otot kita melemah. Akibatnya, pergeseran tulang sekecil apa pun akan menimbulkan gejala yang signifikan.”
“Nyeri dan kesemutan akan sangat terasa. Skala nyerinya tergantung pada pasien. Kalau seorang pasien tidak mudah bilang nyeri, namun sampai mengeluh nyeri ketika jatuh. Berarti kemungkinan besar ia merasa kesakitan sekali,” ujar dr. Irca.