Jakarta (Lampost.co) — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Memperketat regulasi terkait susu formula bayi dan produk pengganti air susu ibu lainnya.
Aturan yang tertuang dalam PP Kesehatan Pasal 33 mencakup larangan penjualan, penawaran, pemberian potongan harga, hingga promosi iklan. Di pasal itu menyatakan, “Produsen atau distributor susu formula bayi dan/atau produk pengganti air susu ibu lainnya dilarang melakukan kegiatan yang dapat menghambat pemberian air susu ibu eksklusif.”
“Kebijakan larangan iklan susu formula untuk mendukung program ASI eksklusif,” kata Kepala Biro Hukum Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indah Febrianti melalui keterangan di Jakarta, Minggu, 11 Agustus 2024.
Menurut Indah, sesuai pasal tersebut, terdapat sejumlah kegiatan yang dapat menghambat pemberian ASI eksklusif. Seperti pemberian contoh produk susu formula bayi dan atau produk pengganti air susu ibu lainnya secara cuma-cuma, penawaran kerja sama, atau bentuk apapun kepada fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemberian potongan harga atau tambahan atau sesuatu dalam bentuk apapun atas pembelian susu formula bayi dan/atau produk pengganti air susu ibu lainnya sebagai daya tarik dari penjual.
“Juga penawaran atau penjualan langsung susu formula bayi dan/atau produk pengganti air susu ibu lainnya ke rumah,” ungkapnya.
Indah menjelaskan, penggunaan tenaga medis, tenaga kesehatan, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan pemengaruh media sosial untuk memberikan informasi mengenai susu formula bayi dan/atau produk pengganti air susu ibu lainnya kepada masyarakat.
Selanjutnya, pengiklanan susu formula bayi dan/atau produk pengganti air susu ibu lainnya dan susu formula lanjutan yang termuat dalam media massa, baik cetak maupun elektronik, media luar ruang, dan media sosial.
“(Juga) promosi secara tidak langsung atau promosi silang produk pangan dengan susu formula bayi dan/atau produk pengganti air susu ibu lainnya,” ujar Indah.
Cara Efektif
Sementara itu, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes, dr Lovely Daisy mengatakan, pentingnya perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap pemberian ASI merupakan salah satu cara efektif untuk memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak.
Kemudian pengadopsian Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI oleh WHO pada 1981 merupakan langkah penting dalam melindungi orang tua dan pengasuh dari salah satu hambatan utama dalam keberhasilan menyusui. Yaitu praktik promosi produk pengganti ASI oleh industri makanan bayi.
“Dalam beberapa laporan pelanggaran kode etik pemasaran susu formula, masih terjadi penggunaan label yang tidak tepat. Promosi di fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang mempromosikan. Serta promosi silang antar-produk. Karena itu, perlu penguatan pemantauan dan penegakan sanksi,” tegas Daisy.