Jakarta (Lampost.co) — Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia Dr dr. Luciana Sutanto MS, Sp.GK mengingatkan bahaya obesitas akibat konsumsi minuman manis setiap hari secara terus-menerus.
“Konsumsi terus-menerus minuman berpemanis dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori. Sehingga meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik,” kata Luciana kepada Antara di Jakarta, Jumat, 9 Agustus 2024.
Berdasarkan informasi di media sosial, banyak anak-anak atau usia remaja menderita penyakit gagal ginjal dan mengharuskan untuk cuci darah. Hal ini lantaran mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) secara berlebihan.
Baca Juga:
Segini, Batas Konsumsi Gula Harian Sesuai Rekomendasi WHO
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahkan mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis mengandung gula. Hal ini karena bisa menyebabkan berbagai risiko penyakit.
Selain itu, adanya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman terkait kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) yang berlebihan.
Luciana pun mengatakan konsumsi minuman berpemanis, baik dalam kemasan atau tidak, sama-sama memiliki risiko obesitas dan penyakit metabolik. Seperti diabetes melitus, kolesterol/trigliseridemia meningkat, asam urat meningkat, hipertensi, dan gangguan kesehatan lain.
Khusus bagi anak-anak, ia menekankan pentingnya edukasi bagi orang tua dan murid mengenai makan sehat ini. Sehingga tidak mengonsumsi secara berlebihan.
Edukasi sebaiknya berpedoman pada makan sehat dan pola makan gizi seimbang sesuai arahan dari Kemenkes.
“Idealnya, pengetahuan makan sehat berdasarkan pola makan gizi seimbang sesuai dengan anjuran Pemerintah atau Kemenkes diajarkan di sekolah sejak awal dan masyarakat pada umumnya,” ujarnya.
13 Persen
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ada sekitar 13 persen populasi Indonesia atau sekitar 35,8 juta orang, mengalami penyakit gula. Potensi ini bisa semakin parah bila tidak tertangani secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, ia berharap masyarakat, terutama anak-anak, harus mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Upaya ini sebagai pencegahan timbulnya penyakit kronis.
“Anak-anak sekarang minumnya gula semua. Kembali ke tanpa gula,” ujarnya.
Menurutnya, banyaknya konsumsi gula pada makanan dan minuman, berkelindan dengan kasus anak yang harus menjalani cuci darah karena mengalami kegagalan ginjal.
Hal ini, berpotensi semakin meluas dengan tren makanan dan minuman manis saat ini yang makin membuat anak terbiasa mengonsumsi asupan berkadar gula tinggi. Untuk itu ia meminta agar konsumsi gula bisa anak kurangi sesuai batas aman untuk menekan risiko penyakit.
“Padahal gula itu penyebab segala macam penyakit. Mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung, itu penyebabnya gula,” kata Budi.