Bandar Lampung (lampost.co)–Down Syndrome adalah masalah kesehatan kelainan genetik yang terjadi akibat adanya salinan ekstra kromosom 21 pada sel tubuh. Kondisi ini menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan intelektual yang bervariasi pada setiap individu. Down Syndrome termasuk salah satu kelainan genetik paling umum di dunia, dengan frekuensi sekitar 1 dari 700 kelahiran.
Penyebab utama Down Syndrome adalah trisomi 21, yakni keberadaan tiga salinan kromosom 21, bukan dua seperti biasanya. Kondisi ini terjadi secara spontan saat pembelahan sel reproduksi. Faktor risiko utama adalah usia ibu saat hamil, terutama di atas 35 tahun. Namun, Down Syndrome juga dapat terjadi tanpa hubungan langsung dengan usia.
Gejala Down Syndrome bervariasi mulai dari ciri fisik khas seperti wajah bulat, mata berbentuk almond, dan tonus otot rendah, hingga gangguan perkembangan kognitif. Anak dengan Down Syndrome umumnya mengalami keterlambatan bicara dan perkembangan motorik, tetapi dengan stimulasi dan terapi yang tepat, mereka dapat berkembang dengan baik.
Deteksi dini Down Syndrome bisa dilakukan sebelum bayi lahir melalui tes skrining dan diagnostik. Tes skrining seperti USG dan pemeriksaan darah pada ibu hamil dapat memberikan indikasi risiko Down Syndrome. Sedangkan tes diagnostik, seperti amniosentesis dan chorionic villus sampling (CVS), dapat memastikan diagnosis dengan mengambil sampel cairan ketuban atau jaringan plasenta.
Deteksi dini memberi banyak manfaat, antara lain mempersiapkan keluarga secara emosional dan medis. Jika hasil deteksi menunjukkan risiko tinggi, keluarga dapat mendapatkan konsultasi genetik dan perencanaan persalinan yang tepat. Selain itu, deteksi dini juga memungkinkan persiapan program intervensi sejak bayi lahir.
Pemeriksaan Prenatal
Penting bagi calon orang tua untuk melakukan pemeriksaan prenatal terutama jika berisiko tinggi. Pola hidup sehat selama kehamilan juga dapat membantu menurunkan risiko gangguan kromosom. Namun, tidak ada cara pasti untuk mencegah Down Syndrome karena merupakan kelainan genetik spontan.
Meskipun Down Syndrome tidak bisa disembuhkan, dukungan keluarga, pendidikan khusus, dan terapi yang tepat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita. Anak dengan Down Syndrome dapat belajar keterampilan sosial dan akademis sesuai kemampuan mereka.
Keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat perlu memahami Down Syndrome agar stigma dan diskriminasi dapat diminimalisir. Dengan kesadaran yang baik, anak-anak dengan Down Syndrome dapat tumbuh dan berkontribusi positif di lingkungan mereka.