Bandar Lampung (Lampost.co): Campak merupakan salah satu penyakit menular yang kerap terjadi pada anak, khususnya bayi dan balita. Meski banyak anggapan bahwa campak adalah kondisi yang biasa anak alami sebagai proses kekebalan tubuh. Faktanya campak bisa berakibat fatal jika tidak mendapat penanganan dengan tepat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia telah mencapai penurunan penyakit campak dan rubella secara signifikan dalam waktu 2013 hingga 2021. Sayangnya, pada 2022 angka kejadiannya kembali meningkat bila membandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga: Anak Berkebutuhan Khusus Harus Terima Imunisasi
WHO menyebut salah satu penyebabnya adalah karena adanya gangguan layanan imunisasi akibat COVID-19. Kondisi ini menimbulkan terjadinya kesenjangan imunisasi.
Apa itu campak?
Melansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, campak atau yang sering disebut dengan rubella adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini pun sangat menular dan ditandai dengan berbagai gejala termasuk ruam yang khas di seluruh tubuh.
Penularan campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet atau dapat mula melalui air borne. Meski begitu, penyakit ini termasuk ke dalam penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.
Penyebab campak pada anak
Kemenkes RI menjabarkan bahwa campak disebabkan oleh virus yang termasuk ke dalam genus Morbillivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Penularannya pun bisa terjadi dengan tiga cara yakni sebagai berikut:
- Percikan Saliva: Ketika anak yang terinfeksi batuk dan bersin, virus bisa menyebar ke udara dan menginfeksi orang lain yang berada di dekatnya.
- Kontak langsung: Kontak langsung dengan cairan tubuh penderita bisa menjadi sumber penularan.
- Benda yang terkontaminasi: Virus campak bisa bertahan hidup di permukaan benda selama beberapa jam. Bayi atau balita yang menyentuh benda tersebut kemudian memegang mulut atau hidungnya bisa terinfeksi.
Faktor risiko campak
Menurut dokter spesialis anak, Dr. Dian Sulistya Ekaputri, Sp.A, ada beberapa faktor risiko seorang anak bisa terkena campak. Berikut ini deretannya:
- Tidak pernah mendapat imunisasi campak
- Malnutrisi (kekurangan gizi)
- Usia di bawah lima tahun (balita)
- Memiliki penyakit penyerta dan kondisi kekebalan tubuh rendah (misal pada anak leukemia, HIV, ataupun sedang diterapi kemoterapi).
Kementerian Kesehatan RI turut menambahkan beberapa faktor risiko campak, Bunda. Di antaranya adalah sebagai berikut:
- Bayi di bawah usia 12 bulan yang tidak diimunisasi campak
- Anak yang tinggal di area padat penduduk
- Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif
- Melakukan perjalanan ke suatu wilayah dengan tingkat campak tinggi
- Anak kekurangan vitamin A
Gejala campak pada anak
Dokter Dian menyebut bahwa masa inkubasi campak pada anak biasanya berlangsung selama 11 hingga 12 hari. Setelahnya, anak akan menunjukkan berbagai gejala. Deretannya adalah sebagai berikut:
- Demam tinggi
- Mata merah (konjungtivitis)
- Pilek dan batuk
- Kemudian akan diikuti oleh muncul ruam 2-4 hari setelah timbul demam (saat demam masih tinggi)
- Tanda yang khas pada pemeriksaan adalah adanya Bercak Koplik, bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam.
- Umumnya penderita campak akan lemas dan berisiko mengalami dehidrasi bila asupan cairan tidak terpenuhi.
Tidak hanya itu, biasanya anak yang terkena campak juga akan mengalami ruam, Bunda. Kondisi ini awalnya muncul pada garis rambut yang kemudian menyebar ke wajah hingga leher.
“Ruam campak adalah berupa makulopapular (kemerahan dan sedikit timbul, tidak berisi cairan). Biasanya berlangsung lima hingga enam hari. Ruam muncul awalnya pada garis rambut, kemudian meluas ke wajah dan leher bagian atas,” jelas dr. Dian pada HaiBunda, beberapa waktu lalu.
“Selama tiga hari berikutnya, ruam secara bertahap menyebar ke badan hingga mencapai tangan dan kaki,” sambungnya.
Meski begitu, tidak semua anak yang mengalami demam dan ruam pasti mengidap campak, ya. Karena itu, hubungi dokter agar Si Kecil mendapatkan diagnosis yang tepat.
Diagnosis campak
Penyedia layanan kesehatan akan mendiagnosis campak pada anak berdasarkan ruam khas pada lapisan pipi. Mereka mungkin akan bertanya apakah Si Kecil sudah menerima vaksin atau belum.
Mengutip dari Cleveland Clinic, dokter mungkin juga akan meminta tes laboratorium untuk menemukan virus. Beberapa sampel yang dibutuhkan adalah sampel darah, sekresi dari hidung dan tenggorokan, serta urine.
Cara mengobati campak pada anak
Dokter Dian mengatakan bahwa Bunda perlu segera membawa anak ke dokter ketika gejala yang terlihat mengarah ke campak. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak semua demam dan ruam adalah campak, sehingga dokter perlu memastikannya.
“Apabila dokter sudah memastikan bahwa anak mengidap campak, maka sebaiknya anak diisolasi (tidak diajak keluar) selama kurang lebih 14 hari,” ujarnya.
Ketika anak mengidap campak, dr. Dian mengungkap ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk mengobatinya. Berikut ini deretannya:
- Pemberian cairan yang cukup sesuai dengan keperluan harian.
- Vitamin A dosis tinggi selama 2 hari berturut turut (perlu diberikan dosis ulangan pada anak gizi buruk dan mengalami komplikasi di mata).
- Antibiotik (atas pertimbangan khusus).
- Pada anak yang sariawan, jaga kebersihan area mulut, hindari pemberian makanan pedas.
- Pada anak dengan infeksi mata derajat ringan, tidak perlu mendapat pengobatan. Namun bila cukup berat maka akan ada pemberian antibiotik.
- Pastikan kulit tetap bersih dan kering.
Berapa lama waktu penyembuhan campak?
Menilik laman Cleveland Clinic, Bunda perlu ketahui bahwa tidak ada obat pasti untuk mengatasi campak. Meski begitu, virus akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu sekitar 10 sampai 14 hari.
Tanda-tanda penyakit campak akan sembuh
Melansir dari berbagai sumber, ada beberapa tanda penyakit campak akan segera sembuh, Bunda. Berikut ini deretannya:
1. Ruam berangsur-angsur memudar
Menilik dari laman Verywell Health, ruam campak biasanya akan berlangsung selama 5-6 hari, Bunda. Setelah 3-4 hari, ruam yang muncul tidak lagi berwarna putih.
Setelah ruam mulai hilang, ruam campak akan memudar dengan urutan yang sama seperti awalnya. Ruam juga akan hilang di sekitar garis rambut dan wajah terlebih dahulu, kemudian terakhir dari paha dan kaki.
Selain ruam, biasanya ruam campak akan meninggalkan bekas yang menghitam, berlubang, dan berbintik merah. Menurut dokter spesialis anak, dr.Melisa Anggraeni, M.Biomed, Sp.A, bekas campak ini akan hilang dengan sendirinya selama beberapa hari.
“Kalau bekas campak, biasanya akan hilang sendiri dalam 5-10 hari, berbeda dengan bekas cacar air. Olesi pelembap saja,” ujarnya, melansir HaiBunda.com, beberapa waktu lalu.
2. Demam reda
Anak-anak akan mengalami demam tinggi sekitar 40 derajat celcius ketika mengalami campak. Namun, demam akan mereda seiring berjalannya waktu.
Menurut WHO, demam pada campak pada anak biasanya mulai sekitar 10 hingga 12 hari setelah terpapar virus. Masa demam pun berlangsung selama 4 hingga 7 hari.
3. Badan tidak pegal-pegal
Menilik dari laman Cleveland Clinic, nyeri otot atau badan pegal-pegal termasuk gejala campak yang lainnya. Seiring dengan proses penyembuhan, badan Si Kecil akan kembali normal dan tidak lagi merasa pegal.
4. Bintik koplik pada mulut hilang
Melansir dari laman CDC, setelah dua sampai tiga hari terinfeksi, anak akan mengalami gejala bintik koplik. Ini merupakan bintik putih yang muncul di area mulut. Biasanya, bintik koplik yang mulai menghilang menandakan bahwa Si Kecil mulai pulih dari campak.
5. Mata merah (konjungtivitis) mereda
Campak biasanya juga memperlihatkan gejala pada mata, sehingga terlihat merah. Ketika campak memasuki masa penyembuhan, mata merah pun mereda dan perlahan kembali.
Cara mencegah campak pada anak
Menurut dr. Dian, satu-satunya pencegahan yang bisa Anda lakukan agar anak terhindar dari campak adalah dengan pemberian vaksinasi. Saat ini, ada tiga jenis vaksin kombinasi yang mengandung virus campak yang mendapat pelemahan dan bisa diberikan pada anak.
Berikut ini jadwalnya:
- Pemberian vaksin MR pada anak umur 9 bulan. Namun jika sampai umur 12 bulan belum pernah.
- Mendapatkan vaksin MR, maka dapat langsung ada pemberian vaksin MMR.
- Jika anak sudah berusia 18 bulan, pemberian bisa lagi dosis ulangan MR atau MMR.
- Pemberian vaksin dosis ketiga kembali saat anak berusia 5-7 tahun (di sekolah dasar, pada program BIAN).
“Efektivitas ketiga vaksin campak ini sangat tinggi, yakni mencapai hingga 95 persen pada dosis pertama dan 99 persen setelah dosis kedua,” ujar dr. Dian.
Pantangan penyakit campak pada anak yang harus dihindari
Ada berbagai hal yang perlu Anda perhatikan ketika anak terserang campak. Menurut Kemenkes RI, berikut ini pantangannya:
- Melakukan banyak aktivitas di luar rumah
- Bersin sembarangan
- Melakukan kontak dengan orang lain
- Tidak menjaga kebersihan serta malas mencuci tangan
Komplikasi campak pada anak
Ketika campak pada anak Anda biarkan dan tidak mendapat penanganan dengan baik, akan ada berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. Mengutip yankes.kemkes.go.id, berikut ini deretannya:
- Infeksi telinga
- Diare dan muntah
- Dehidrasi
- Pneumonia
- Kebutaan
- Bronkitis pada anak
- Encephalitis atau radang otak
Demikian informasi tentang campak pada anak. Semoga bisa memberikan manfaat.
Sumber: HaiBunda (haibunda.com)
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News