Bandar Lampung (Lampost.co) — Dinas Kesehatan Lampung mencatat total 7.673 kasus demam berdarah dengue (DBD) selama 2025. Meski sempat melonjak di awal tahun, kasus DBD di Lampung terus mengalami penurunan setiap bulannya.
Kadiskes Lampung Edwin Rusli mengungkapkan, jumlah kasus tertinggi terjadi pada bulan Januari mencapai 2.628 kasus. Meski masih tinggi, jumlah itu mengalami penurunan pada bulan Februari yakni 2.090 kasus.
Edwin mengatakan jumlah temuan kasus terus mengalami penurunan hanya menyentuh angka ratusan. Antara lain Maret 959 kasus, April 670 kasus, Mei 647 kasus. Pada bulan Juni sedikit mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yakni 679 kasus.
Baca Juga: Kasus DBD di Bandar Lampung Menurun Selama 1 Semester
“Kami terus memberikan arahan ke kabupaten kota untuk melakukan antisipasi dan menekan angka kasus DBD,” katanya, Selasa, 22 Juli 2025.
Selama periode tersebut, Dinkes Lampung mencatat ada 22 kasus kematian akibat DBD. Angka kematian paling tinggi tercatat pada Januari yakni 10 kasus.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Bandar Lampung, Desti Mega Putri mengungkapkan, jumlah kasus DBD terus mengalami penurunan sejak Januari 2025. Bahkan pada Juni lalu, pihaknya hanya mencatat 31 kasus.
Jumlah kasus terbanyak pada Januari 2025 yakni sebanyak 58 kasus. Jumlah itu menurun pada Februari 57 kasus, Maret 49 kasus, April 46 kasus, dan Mei 42 kasus. “Kasus DBD 6 bulan terakhir di Bandar Lampung sampai dengan awal Juli cukup terkendali,” paparnya.
Tertangani
Ia mengklaim semua pasien DBD berhasil tertangani dengan cepat dan tepat. Meski secara total ada 283 kasus DBD, namun ratusan pasien itu tidak sampai ada yang meninggal dunia.
Dinkes Bandar Lampung tetap melakukan penyuluhan 3 M plus di Puskesmas bekerja sama dengan kader dan aparat kelurahan. Kemudian koordinasi ke seluruh Rumah Sakit penanganan kasus DBD.
“Kami juga melakukan penyelidikan epidemiologi setiap temuan kasus dan membagikan bubuk abate ke masyarakat,” jelasnya.
Selain itu, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) juga rutin setiap minggu bagi masyarakat melalui gerakan 1 rumah 1 juru pemantau jentik. Lalu sebagai pencegahan penyebaran, pihaknya melakukan fogging fokus di sekitar lingkungan temuan kasus DBD.