Jakarta (Lampost.co)–Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan seluruh pihak baik pemerintah dan masyarakat harus siaga menghadapi peningkatan kasus DBD. Salah satunya dengan bergerak bersama meningkatkan upaya pencegahan demam berdarah dengue atau DBD.
“Pemerintah di setiap daerah harus mampu menggerakkan masyarakat dan aparatnya untuk bersama aktif melakukan pencegahan. Yakni dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan menjaga kebersihan lingkungan,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Jumat, 22 Maret 2024.
Kementerian Kesehatan RI hingga pekan ke-11 di tahun 2024 mencatat 35.556 kasus DBD dengan 290 angka kematian. Jumlah itu jauh lebih tinggi dari periode yang sama pada 2023. Ketika itu kasus DBD pada minggu ke-11 tahun 2023 tercatat 15.886 kasus dengan 118 kematian.
Menurut Lestari, tren peningkatan kasus dan kematian akibat DBD harus menjadi perhatian bersama. Mulai dari upaya pencegahan hingga kecepatan deteksi dan pertolongan dalam setiap kasus yang terjadi.
Rerie, sapaan akrab Lestari mendorong agar para pemangku kepentingan dan masyarakat bergerak bersama secara aktif melakukan gerakan PSN dengan 3M (Menguras tempat penampungan air. Menutup tempat-tempat penampungan air hingga ulang berbagai barang yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti).
“Pemerintah juga harus gencar memberi sosialisasi pemahaman masyarakat tentang gejala DBD dan penanganan daruratnya. Hal itu sebagai upaya mempercepat pertolongan sehingga mampu menekan angka kematian,” kata dia.
Menurut Rerie, kesiapan para tenaga kesehatan dan kelengkapan kesehatan lainnya di daerah penting menjadi perhatian. Hal itu untuk menghadapi potensi ledakan kasus DBD tahun ini dan yang akan datang.
Koordinasi pemerintah pusat dan daerah, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, harus benar-benar diwujudkan dalam menghadapi tren peningkatan kasus DBD di tanah air.
Segenap daya dan upaya, tegas Rerie, harus dilakukan secara bersama oleh segenap anak bangsa untuk mengendalikan dan mengatasi penyakit DBD, agar kita tidak terus kehilangan generasi penerus bangsa karena penyakit yang sudah berjangkit di Indonesia sejak 1968 itu.