Bandar Lampung (lampost.co)–Tingginya angka diagnosis kanker pada stadium lanjut, yang mencapai 60-70%, membuat biaya pengobatan menjadi sangat besar. Penanganan pada tahap lanjut juga lebih kompleks dan hasilnya kurang optimal dibandingkan deteksi serta pengobatan sejak awal.
Dalam sebuah simposium Hematology Malignancy, transplantasi sel punca menjadi sorotan sebagai terapi utama bagi pasien kanker darah. Prosedur transplantasi sel punca hematopoietik (HSCT) adalah metode yang efektif untuk membantu pemulihan pasien dengan berbagai jenis kanker darah. Seperti leukemia, limfoma, mieloma multipel, serta gangguan darah lain seperti anemia aplastik dan talasemia.
Transplantasi sel punca bertujuan mengganti sumsum tulang yang rusak akibat penyakit dengan sel punca sehat.
Jenis Transplantasi
Transplantasi Autologus
Menggunakan sel punca dari tubuh pasien sendiri, biasanya untuk pasien dengan peluang sembuh atau pengendalian penyakit. Sel punca diambil, disimpan, lalu setelah kemoterapi dosis tinggi, sel punca dikembalikan untuk memulihkan fungsi sumsum tulang.
Transplantasi Alogenik
Menggunakan sel punca dari donor yang cocok secara genetik, sering diterapkan pada pasien leukemia atau gangguan genetik sumsum tulang. Donor bisa berasal dari keluarga atau melalui bank donor internasional.
Keberhasilan transplantasi bergantung pada kondisi pasien, usia, dan kecocokan donor. Prosedur ini dapat memberikan remisi jangka panjang bahkan kesembuhan. Selain membunuh sel kanker, transplantasi juga meregenerasi sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan sisa kanker.
Keterbatasan Donor
Meski berpotensi besar, transplantasi sel punca menghadapi tantangan utama seperti keterbatasan donor yang cocok — hanya 25-30% pasien memperoleh donor dari keluarga, sisanya harus mencari donor eksternal. Oleh karena itu, edukasi masyarakat tentang pentingnya menjadi donor sangat krusial untuk menyelamatkan nyawa.
Selain itu, transplantasi berisiko menimbulkan efek samping serius seperti infeksi, penolakan transplantasi, dan komplikasi jangka panjang, sehingga pemantauan ketat setelah prosedur sangat penting.