Jakarta (Lampost.co) — Penelitian terbaru menyatakan adanya hubungan yang memprihatinkan antara daging olahan dan peningkatan risiko terkena demensia.
Mengutip laman Medical Daily, Jumat, 2 Agustus 2024, penyebab demensia karena kerusakan sel-sel saraf di otak. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan memori, kesulitan berbahasa, serta masalah dalam berpikir dan memecahkan masalah.
Hasil studi yang dipresentasikan pada Konferensi Internasional Alzheimer di Philadelphia mengungkapkan, mengonsumsi dua porsi daging merah olahan per minggu berhubungan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 14% dari pada dengan mereka yang mengonsumsi kurang dari tiga porsi per bulan.
Baca Juga:
Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Otak
Para peneliti juga menemukan hal yang menarik. Mengganti satu porsi harian daging merah olahan dengan kacang, biji-bijian, atau tahu dapat mengurangi risiko demensia sebesar 20%.
Sebaliknya, setiap tambahan porsi daging merah olahan berhubungan dengan penambahan 1,6 tahun penuaan kognitif global, memengaruhi keterampilan berbahasa dan fungsi eksekutif.
“Hasil studi mengenai hubungan antara penurunan kognitif dan konsumsi daging secara umum masih bervariasi. Jadi kami meneliti lebih lanjut bagaimana konsumsi berbagai jumlah daging olahan dan tidak olahan memengaruhi risiko kognitif dan fungsi,” kata Yuhan Li, penulis utama studi tersebut dalam siaran pers.
“Dengan mempelajari orang selama periode waktu yang lama, kami menemukan bahwa konsumsi daging merah olahan dapat menjadi faktor risiko signifikan untuk demensia. Pedoman diet dapat mencakup rekomendasi untuk membatasinya guna meningkatkan kesehatan otak,” kata Li.
130 ribu peserta
Untuk memperkirakan hubungan antara demensia dan konsumsi daging merah. Lebih dari 130 ribu peserta dalam Studi Kesehatan Perawat dan Studi Tindak Lanjut Profesional Kesehatan dilacak selama hingga 43 tahun. Selama periode ini, para peneliti mengidentifikasi 11.173 kasus demensia.
Kebiasaan diet peserta mendapat evaluasi setiap dua hingga empat tahun menggunakan kuesioner frekuensi makanan. Kuesioner ini menanyakan frekuensi konsumsi daging merah olahan, seperti bacon, hot dog, dan sosis, serta kacang dan legum. Termasuk juga selai kacang, kacang tanah, kenari, susu kedelai, kacang-kacangan, dan tahu.
Status kognitif menggunakan wawancara telepon. Para peneliti menemukan bahwa setiap tambahan porsi harian daging merah olahan berhubungan dengan tambahan 1,61 tahun penuaan kognitif global dan tambahan 1,69 tahun penuaan kognitif dalam memori verbal.
Sementara kognisi global merujuk pada fungsi kognitif secara keseluruhan, termasuk bahasa, fungsi eksekutif, dan pemrosesan, memori verbal adalah kemampuan untuk mengingat dan memahami kata-kata dan kalimat.
Namun, ketika satu porsi harian daging merah olahan ganti dengan satu porsi harian kacang dan legum. Risiko mengembangkan demensia turun sebesar 20% dan penuaan kognitif global berkurang sebesar 1,37 tahun.