Jakarta (Lampost.co) — Para peneliti menemukan bahwa ketika konsumen menyantap keripik dengan saus. Asupan kalori meningkat hingga 77 persen dari pada dengan hanya makan keripik saja.
Makanan ringan menyumbang sekitar seperempat dari asupan kalori harian rata-rata seseorang.
Melansir laman Medical Daily, Jumat, 2 Agustus 2024, John Hayes, profesor ilmu pangan dan direktur Penn State Sensory Evaluation Center, penulis korespondensi studi terbaru ini menekankan, memahami perilaku ngemil penting untuk mengatasi masalah makan berlebihan dan obesitas.
Baca Juga:
Warga Pekon Walur Pesisir Barat Kembangkan Usaha Keripik Tangkil
Tim peneliti menyelidiki bagaimana menambahkan saus ke camilan asin memengaruhi perilaku makan dan menemukan beberapa hasil yang mengejutkan.
Studi ini meneliti 46 peserta dewasa selama dua kali kunjungan ke Sensory Evaluation Center milik Penn State, tempat mereka tersuguhi 70 gram keripik rasa ranch dengan atau tanpa sepertiga cangkir saus ranch.
Peserta boleh makan sebanyak yang mereka inginkan, tetapi asupan mereka terukur dengan cermat. Setiap sesi mereka rekam dalam bentuk video dan mendapat anotasi untuk jumlah gigitan dan waktu makan aktif.
Saat saus tersajikan, orang tidak hanya mengonsumsi lebih banyak kalori. Tetapi juga makan lebih cepat dan mengambil gigitan lebih besar, menurut hasil yang terpublikasikan dalam Food Quality and Preference.
“Rata-rata per sesi makan, peserta mengonsumsi 345 kalori dari keripik dan saus dibandingkan dengan 195 kalori dari keripik saja,” demikian pernyataan siaran berita tersebut.
Tidak Mengurangi
Hayes mengatakan temuan paling mencolok dari penelitian ini adalah bahwa orang tidak mengurangi porsi makan keripik saat saus tersedia. Justru mereka makan keripik dalam jumlah yang sama, menambah sausnya.
Menurut Hayes, kurangnya kompensasi ini berarti bahwa menambahkan saus ke keripik dapat meningkatkan asupan energi secara keseluruhan secara substansial tanpa orang sadari.
“Penelitian ini membuka jalan baru untuk mengeksplorasi bagaimana sifat fisik makanan dapat memengaruhi perilaku makan kita dan pada akhirnya, asupan energi kita. Jika kita dapat memperlambat orang, kita dapat memengaruhi konsumsi energi tanpa harus mengorbankan kenikmatan dari makanan,” ujar Hayes.