Jakarta (Lampost.co) — Dokter spesialis dermatologi dr. Arlene Rainamira, SpDV menjelaskan risiko kebotakan rambut bagi pria maupun wanita dan cara menguranginya agar rambut tetap terawat dengan maksimal.
“Baik laki-laki maupun perempuan memiliki masalah kebotakan itu memang ada yang secara genetik,” kata dr. Arlene, Kamis, 25 Juli 2024.
Jika sudah memiliki genetik kebotakan, masalah tersebut sulit untuk kita hindari. Masalah kebotakan biasanya terjadi pada pria saat memasuki usia 30-an dan wanita di atas usia 30-40 tahun.
Baca Juga:5 Cara Mudah Menjaga Kesehatan Otak Agar Terhindar dari Demensia
“Kalau alopesia atau kebotakan itu pattern-nya khusus, pattern-nya bisa dimulai di depan, tengah, lama-lama semakin tipis (hingga botak secara keseluruhan),” kata Arlene.
Meskipun mengalami kebotakan, Arlene menyarankan agar pasien tetap merawat rambut secara rutin. Perawatan ini untuk menghindari masalah kesehatan rambut yang lebih parah.
“Rutinnya masih tetap sama untuk kebotakan, pakai sampo yang dipijat di kulit kepala dan jangan digosok-gosok,” kata Arlene yang praktik di RSIA Kemang Medical Care ini.
Selanjutnya, gunakan conditioner di bagian batang rambut dan gunakan masker rambut sesuai kebutuhan. Jangan lupa untuk mengeringkan rambut dengan handuk selama kurang lebih lima menit tanpa memeras atau menggosoknya.
Saat kondisi kebotakan pada rambut sudah parah, Arlene menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter agar mendapat pengobatan yang sesuai. Mulai dari pemberian obat hingga transplantasi rambut.
“Terapinya bisa dari obat, obat oles atau obat minum, low level light terapy, suplemen, micro needling, PRP, dan yang paling akhir adalah transplant,” sambungnya.
Risiko dan efek samping
Arlene menyebut masing-masing perawatan untuk mengatasi kebotakan memiliki risiko dan efek samping tertentu.
Misalnya, pemberian obat yang tidak cocok dengan kondisi kesehatan pasien dapat menimbulkan iritasi hingga kemerahan. Selain itu, transplantasi rambut yang dapat menimbulkan infeksi jika pasien tidak menjaga kebersihan diri dan area transplantasi rambut dengan baik.
Arlene mengatakan risiko-risiko tersebut dapat kita hindari selama mematuhi saran yang dokter berikan dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Hal ini agar dokter dapat memantau efektivitas pengobatan untuk kebotakan terhadap pasien.