MOMEN Idulfitri identik dengan silaturahmi. Bagaimana tidak, rangkaian aktivitas menjelang dan usai hari raya tersebut akan dipenuhi dengan pertemuan, baik antarkeluarga, tetangga, hingga teman lama masa-masa sekolah.
Sudah menjadi tradisi, pada momen Lebaran masyarakat kerap mudik ke kampung halamannya untuk merayakan bersama keluarga besar. Kesempatan ini pun dimanfaatkan untuk bertemu kembali dengan teman-teman lama yang mungkin memang masih menetap di kota itu atau bahkan sudah sama-sama merantau juga.
Karena itu, tidak aneh kalau setelah berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman, kesempatan pulang kampung itu dimanfaatkan juga untuk reuni dengan teman-teman lama. Hitung-hitung silaturahmi yang katanya bisa memperpanjang umur.
Bertemu kembali dengan teman-teman masa sekolah tentunya sangat menyenangkan. Menceritakan masa-masa lalu semasa sekolah atau kuliah membuat kita melupakan usia yang sesungguhnya. Walau seringnya yang diceritakan malah soal anak-anak yang justru menunjukkan bahwa kita sudah berumur.
Tapi, tidak semua rencana reuni bisa terlaksana. Ada saja yang menjadi penghalangnya. Entah anggota keluarga yang sakit, ada yang tidak mudik atau mudik ke kampung suami/istrinya, atau pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Seperti di percakapan WhatsApp di grup kuliahku.
“Ayok, kumpul yok,” ajak seorang teman.
“Yuk, kapan, di mana?” sahutku, yang memang tidak merantau, jadi otomatis selalu jaga kandang di kota ini.
“Tunggu si A,” sahutnya lagi.
Nah, mulai deh ajakan kumpul cuma sekadar rencana di awang-awang yang sudah bisa dipastikan akhirnya pasti gagal kalau sudah tunggu menunggu seperti ini.
Setelah beberapa hari tidak ada kabar berita selanjutnya, satu per satu teman yang mudik pun pamit di grup kembali ke perantauannya. Reuni hanya sebuah wacana.
Hingga kemarin, seorang teman mengunggah foto pantai dengan caption, “Ayo ke sini, reunian!”
Panjanglah kemudian percakapan di grup membahas rencana reuni, tapi yang muncul orangnya itu-itu saja. Sampai akhirnya seorang teman mungkin sudah jengkel bilang, “Wah, ini dari tahun ke tahun cuma rencana saja! Dari dulu belum pernah terealisasi. Kalau benar niat mau kumpul, pasti oke ketemu, nyatanya cuma ngawang-ngawang,” cetusnya.
Akhirnya pembahasan reuni pun ditutup tanpa ada keputusan untuk pertemuan dengan ucapan teman, “Yang penting media WA grup ini bisa membantu kita menjaga dan memelihara persahabatan dan persaudaraan kita. Berdoa dan berharap kita semua sehat dan masih berkesempatan ngumpul bareng, bercerita tentang masa lalu, dan berbagi semangat untuk masa depan.”
Baiklah, kawan, semoga kita masih ada umur untuk berjumpa lagi di lain kesempatan. Ingatlah, dalam kesuksesan kita hari ini, mungkin terselip peran teman-teman masa lalu meski amat kecil.
Nova Lidarni Wartawan Lampung Post