RAMADAN adalah bulan suci, bulan mulia, bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam. Tidak heran kalau di bulan ini umat Islam berlomba-lomba berbuat kebaikan, keberkahan, dan beramal saleh. Tapi, terkadang kita sulit menjaga semangat ibadah itu sampai akhir Ramadan, lebih-lebih setelah Ramadan.
Kalau membaca berbagai portal berita di hari pertama Ramadan, pembaca pasti disuguhkan dengan berita-berita masjid ramai. Seperti di Hari Pertama Salat Tarawih, Jemaah Padati Masjid Istiqlal (detiknew.com). Lalu, di Lampung, masjid di lingkungan Pemprov dipenuhi ASN dan masih banyak lagi cerita yang menggambarkan semangat umat Islam menyambut bulan mulia ini.
Rasulullah menyampaikan Ramadan terbagi menjadi tiga bagian, 10 hari pertama yang biasa disebut rahmat, dilanjutkan 10 hari kedua Ramadan yang merupakan magfirah (pengampunan), serta 10 hari terakhir yang merupakan itqum minan nar (penghindaran diri dari siksa api neraka). Pada 10 hari terakhir ini juga Allah memberikan satu malam spesial, yang lebih mulai dari seribu bulan, yakni malam lailatulkadar.
Kini kita telah memasuki 10 hari kedua Ramadan. Fase ini sering dianggap sebagai fase transisi semangat. Banyak umat Islam yang mulai menurun semangatnya. Masjid-masjid mulai kehilangan jemaah tarawihnya, apalagi saat salat wajib lima waktu, sepi. Sebaliknya, pasar dan mal mulai ramai, apalagi tunjangan hari raya (THR) sudah turun.
Padahal, Rasulullah pernah bersabda, siapa saja yang bisa melewati bulan Ramadan hingga fase kedua akan mendapatkan ampunan yang tidak diperoleh pada bulan-bulan lainnya. Sebab, di 10 hari kedua ini, Allah membukakan pengampunan seluas-luasnya. Sayangnya, banyak yang terlena tidak memanfaatkan waktu ini.
Seorang ustaz pernah menyampaikan Ramadan disebut juga syahrut tarbiyah (bulan pendidikan). Umat Islam diberikan kesempatan belajar, mendidik diri dan berlatih beribadah dengan maksimal, terus-menerus, dan istikamah agar di 11 bulan lainnya sudah terbiasa melakukan ibadah. Sehingga, mulai dari bulan Syawal hingga bertemu Ramadan kembali ibadahnya terus terjaga.
Kenyataannya, banyak orang-orang yang tidak sanggup mempertahankan keistikamahannya untuk terus beribadah seperti di bulan Ramadan pada bulan lainnya. Jangankan di bulan lain, di 10 hari kedua Ramadan saja semangat sudah mulai kendur.
Selagi masih ada waktu, menjelang 10 hari terakhir, kita masih sempat mengejar ibadah-ibadah yang tertunda. Kita harus lebih giat dan tulus beribadah, bukan malah menyibukkan diri menghadapi Lebaran. Ini lah kesempatan kita berjuang mendapatkan malam lailatulkadar. Kalau di kalangan para pelari yang rutin latihan setiap hari, ada slogan “Jangan kasih kendor!”
Nova Lidarni Wartawan Lampung Post