Gunungsugih (Lampost.co)–Pilkada Provinsi Lampung kali ini menunjukkan dinamika yang menarik, terutama dengan meningkatnya elektabilitas Mirza dan Jihan, dua calon yang berhasil mencuri perhatian publik. Kedua calon ini, yang sebelumnya dianggap sebagai pesaing minoritas, kini mendapatkan momentum besar dalam survei elektabilitas.
Elektabilitas adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mengukur tingkat popularitas dan kemungkinan seorang calon dalam memenangkan suatu pemilihan, dalam hal ini pemilihan gubernur.
Sederhananya, elektabilitas menunjukkan seberapa besar peluang seorang calon untuk dipilih oleh masyarakat dalam suatu pemilihan.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis jajak pendapat Pilgub Lampung 2024, hasilnya elektabilitas pasangan Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela unggul dari pasangan Arinal Djunaidi-Sutono. Berdasarkan hal itu diketahui bahwa “Dalam simulasi tanpa surat suara, pasangan Rahmat Mirzani Djausal dan Jihan Nurlela unggul dengan elektabilitas sebesar 68,9%, diikuti pasangan Arinal Djunaidi dan Sutono sebesar 22,3%. Responden yang masih menyatakan “Tidak Tahu/Rahasia” sebesar 8,8%,” tulis Yoes C. Kenawas, selaku Peneliti LSI dalam keterangan diterima, Minggu, 10 November 2024.
LSI mengungkap keunggulan pasangan Rahmat-Jihan konsisten. Kenaikan ini tidak lepas dari efektivitas komunikasi politik yang mereka bangun, di mana keduanya mampu menghadirkan pesan yang lebih relevan dan dekat dengan kebutuhan masyarakat Lampung. Strategi komunikasi yang terarah dan berfokus pada pemecahan masalah lokal menjadi kekuatan utama dalam meraih dukungan pemilih.
Mirza dan Jihan memanfaatkan kekuatan media sosial dan berbagai saluran komunikasi digital untuk menyampaikan pesan mereka kepada masyarakat.
Mereka menyadari pentingnya menjangkau audiens muda dan kelas menengah yang aktif di platform-platform digital, serta menyebarkan pesan-pesan yang lebih mudah diterima.Mereka tidak hanya mengandalkan pesan politik yang abstrak, tetapi lebih menekankan pada pendekatan yang lebih humanis, seperti mendengarkan keluhan masyarakat dan menjanjikan perubahan nyata di berbagai sektor penting, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Hal ini menjadikan mereka lebih dekat dengan pemilih, terutama generasi muda yang mendambakan perubahan dan inovasi.
Selain itu, kedua pasangan calon ini juga berhasil membangun citra yang lebih segar dan progresif dibandingkan dengan petahana. Mereka tidak hanya fokus pada kritik terhadap kebijakan yang dianggap kurang efektif, tetapi juga menonjolkan solusi konkrit yang mereka tawarkan. Melalui berbagai forum, baik yang konvensional maupun digital, Mirza dan Jihan aktif berkomunikasi langsung dengan masyarakat.
Mereka menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami, serta menghindari jargon-jargon politik yang seringkali terasa jauh dari kehidupan sehari-hari rakyat. Pendekatan ini terbukti efektif dalam membangun hubungan yang lebih kuat dengan konstituen. Keberhasilan Mirza dan Jihan juga didorong oleh kemampuan mereka dalam mengelola citra diri dan membangun narasi politik yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Sementara beberapa pesaing lebih fokus pada strategi politik tradisional, kedua calon ini berhasil membawa isu-isu yang lebih kontemporer, seperti pemerintahan yang transparan, pembangunan berbasis lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Mereka memahami bahwa komunikasi politik yang efektif tidak hanya terletak pada penyampaian pesan, tetapi juga pada konsistensi dalam tindakan.
Dengan elektabilitas yang lebih unggul, pasangan Mirza dan Jihan diharapkan mampu konsisten merealisasikan program-program yang telah disampaikan selama kampanye. Fokus utama pada pembangunan infrastruktur, terutama perbaikan jalan yang menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir, menjadi kunci untuk mewujudkan harapan masyarakat Lampung. Komitmen ini akan menjadi langkah awal yang penting dalam membuktikan bahwa kepercayaan pemilih tidak disia-siakan dan membawa perubahan nyata bagi daerah.*
* Octavia Aspriani, Mahasiswa S-3 Studi Pembangunan FISIP Universitas Lampung