Bandar Lampung (Lampost.co) – Provinsi Lampung melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 27 November 2024. Masyarakat akan memilih calon gubernur dan wakil gubernur sebagai pemimpin Bumi Ruwai Jurai.
Saat ini telah muncul dua pasangan yang bisa menjadi pilihan masyarakat. Mereka yakni Rahmat Mirzani Djausal-Jihan Nurlela dan Arinal Djunaidi-Sutono. Masyarakat harapannya bisa bijak menyalurkan pilihannya dengan damai dan kondusif.
Kemudian Mirza-Jihan mendapat dukungan gemuk partai politik yang tergabung dalam Koalisi Lampung Maju. Partai tersebut yakni Gerindra, PKB, Golkar, NasDem, PKS, PAN, dan Demokrat sebagai partai parlemen. Kemudian PPP, PSI, Partai Buruh, dan Partai Umat sebagai partai non-parlemen. Sementara Arinal Djunaidi – Chusnunia Chalim mendapat dukungan dari PDI Perjuangan.
Baca Juga :
https://lampost.co/politik/hindari-konflik-politik-identitas-di-pilkada-2024/
Pengamat Politik asal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila)., Budi Harjo mengatakan kedua pasangan ini membawa kekuatan dan kelemahan masing-masing. Namun, persaingan mereka menjanjikan sebuah kontestasi politik yang menarik.
“Harapannya masyarakat bisa menimang-nimang track record dari dua bakal calon gubernur tersebut,” katanya, Senin, 9 September 2024.
Mirza-Jihan
Selanjutnya ia melihat pasangan Mirzani dan Jihan menurut Budi dianggap minim pengalaman birokrasi pemerintahan. Namun pengalaman pasangan ini cukup mentereng. Mirza merupakan pengusaha, tokoh muda dan Ketua DPD Partai Gerindra Lampung. Ia pernah duduk sebagai Anggota DPRD Lampung 2019-2024 dan terpilih kembali pada Pemilu 2024.
Sementara Jihan merupakan dokter muda yang duduk sebagai senator. Ia menjadi anggota DPD RI asal Lampung periode 2019-2024 dan terpilih kembali sebagai anggota DPD RI asal Lampung pada Pemilu 2024 kemarin. Mirza-Jihan mundur dari posisi anggota legislatif untuk maju berebut kursi eksekutif.
“Mirza-Jihan ini memang minim pengalaman birokrasi pemerintahan. Meski Jihan pernah menjadi anggota DPD-RI. Tetapi tidak sebanyak Arinal dan Sutono,” jelasnya.
“Kalau melihat dari kesempatan Mirza-Jihan. Mereka memiliki mesin politik lebih besar dan kemudian punya peluang lebih besar. Terlebih Jihan kemarin saat 0emilu punya suara hampir 1 juta untuk pemilihan DPD-RI,” katanya.
Selain itu juga Mirzani-Jihan lebih dekat dengan kalangan muda milenial dan generasi Z. “Ini tantangan Arinal-Sutono, dari kekuatan generasi muda lebih banyak, dari mesin politik lebih besar. Dan Jihan representasi anak muda dan mendapat suara lebih besar kemarin,” terangnya.
Arinal-Sutono
Kemudian Budi menjelaskan pengalaman Arinal Djunaidi dan Sutono. Mereka terkenal sebagai pasangan yang kaya pengalaman bidang pemerintahan atau birokrasi. Arinal, sebelumnya menjabat Gubernur Lampung periode 2019-2024.
Selanjutnya, ia juga memiliki rekam jejak panjang pada dunia birokrasi. Termasuk saat menangani berbagai isu pemerintahan. Arinal merupakan Sekretaris Daerah Provinsi Lampung tahun 2014-2016. Kemudian menjadi Ketua DPD Partai Golkar Lampung 2017-2020 dan 2020-2025
Sementara Sutono pernah juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Lampung periode 2016–2018. Kemudian saat ini menjadi Sekretaris DPD PDI Perjuangan Lampung. “Pengalaman ini memberikan modal besar bagi mereka dalam menghadapi pemilihan gubernur kali ini,” kata Budi.
Namun Budi menyebut Arinal memiliki track record yang kurang baik. Ketika itu, Arinal mendapatkan kritik pedas oleh Tiktoker asal Lampung, Bima Yudho. Hal itu terkait infrastruktur khususnya jalan Provinsi Lampung yang sangat buruk.
Hal itu akhirnya menimbulkan sentimen negatif di masyarakat dikarenakan selama Arinal menjabat dianggap tidak bisa menyelesaikan infrastruktur di Bumi Ruwa Jurai.
Kemudian Budi berharap masyarakat dapat memilih dengan bijak. Apakah masyarakat Lampung memilih untuk melanjutkan kepemimpinan Arinal-Sutono yang sudah berpengalaman. “Ataukah mereka akan memberikan kesempatan kepada pendatang baru yakni Mirza-Jihan,” katanya.