Bandar Lampung (Lampost.co) – Pilkada Lampung 2024 menjadi ajang pertarungan sengit. Terutama dengan kontestasi dua pasangan calon utama. Akan bertarung head-to-head antara Rahmat Mirzani Djausal – Jihan Nurlela melawan petahana Arinal Djunaidi – Sutono.
Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Bendi Juantara Darmawijaya berpendapat. Ia mengatakan kampanye pilkada yang sukses harus mampu menjembatani antara opini elite dan opini publik. Serta menjangkau seluruh segmen pemilih secara komprehensif.
Kemudian Bendi menyoroti pentingnya komunikasi politik dalam setiap tahapan kampanye. Menurutnya, kampanye melalui berbagai media seperti audio, visual, media massa, baliho. Hingga komunikasi langsung face-to-face dengan masyarakat atau kelompok tertentu. Kemudian memainkan peran vital dalam menyampaikan program dan janji politik.
“Oleh karena itu strategi dalam kampanye perlu tersusun secara efektif. Dan dapat menjangkau seluruh segmen pemilih,” ujarnya, Kamis, 26 September 2024.
Selanjutnya ia menilai paslon Mirza-Jihan. tampaknya mengadopsi pendekatan yang mirip dengan strategi komunikasi pasangan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024 kemari. Dengan begitu harapannya terciptanya sinergi antara kebijakan pusat dan daerah. Pasangan ini mendorong program-program dan janji politik yang sejalan dengan Presiden terpilih Prabowo-Gibran.
“Dengan harapan tentu ada program yang berkesinambungan antara pusat dan daerah dalam menangkap peluang. Khususnya pembangunan Lampung,” kata Bendi.
Menyerap Aspirasi
Kemudian ia menilai pasangan Mirzani-Jihan lebih memilih pendekatan kampanye langsung ke lapangan. Menurut paslon ini kerap turun ke daerah-daerah untuk menyerap aspirasi dan mendalami tantangan masyarakat.
“Ini adalah upaya untuk meningkatkan popularitas mereka sebagai pendatang baru dalam politik lokal. Serta membangun kepercayaan publik,” tambah Bendi.
Selanjutnya, ia berpendapat Mirza-Jihan akan tampil sebagai antitesis dari pasangan petahana Arinal- Sutono yang. Karena statusnya, akan lebih mengedepankan efisiensi dalam pelaksanaan kampanye. Bendi juga mengingatkan. Kampanye ini harus menciptakan momentum yang mempertemukan opini elite dengan opini publik.
Dengan demikian, strategi kampanye harus benar-benar mampu menjaring aspirasi dan atensi masyarakat. “Kita perlu mendorong dalam kampanye ini momentum penting bertemunya opini elit dengan opini publik. Sehingga strategi kampanye harus benar-benar mampu menjaring aspirasi dan atensi publik,” tegasnya.