Bandar Lampung (Lampost.co) — Pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) menjadi momentum anak bangsa berkompetisi untuk duduk menjadi pemimpin disetiap tingkatannya. Satu suara yang disampaikan oleh pemilih, menjadi penentu arah pembangunan lima tahun kedepan.
Berdasarkan data KPU Provinsi Lampung, daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024 mencapai 6.539.128 pemilih. Lampung berada di urutan kedelapan DPT terbesar se-Indonesia. Rinciannya, generasi milenial (25-39 tahun) mencapai 2.094.127 pemilih atau 32,02%, generasi x (40-55 tahun) mencapai 1.980.330 pemilih (30,28%), generasi z (17-24 tahun) mencapai 1.714.188 pemilih (17,96), baby boomer (55-76 tahun) 1.1145.273 pemilih (17,51%) dan lansia (76 tahun ke atas) 145.210 pemilih (2,22%).
Calon anggota legislatif (caleg) DPRD Provinsi Lampung daerah pemilihan Lampung Tengah, Muhammad Ghofur menceritakan saat ini suara milenial sangat diperhitungkan pada Pemilu 2024. Generasi milenial yang cendrung independent menjadi tantangan tersendiri bagi peserta pemilu. Maka perlu pendekatan yang berbeda untuk menarik suaranya.
“Maka, kita harus mengetahui dunia mereka. Milenial berpolitik lebih melihat nilai, gagasan dan apa yang akan diperjuangkan,” katanya saat Podcast Lampung Memilih bersama Setiaji Bintang Pamungkas dan Ilham Affandi di Lampung Post, Jumat, 1 Desember 2023.
Kemudian pendekatan digital juga perlu dimaksimalkan melaui platform media sosial seperti instagram, tiktok, facebook dan sebagainya. Hal tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan pengenalan dan menyampaikan ide gagasan agar masyarakat tidak salah memilih.
“Jadi ini tantangan kita sebagai caleg agar bisa menyampaikan gagasan secara kreatif kepada masyarakat. Kemudian masyarakat juga harus cerdas memilih pemimpin yang mempunyai kapasitas. Kemudian saya akan memperjuangkan insfrastruktur, pendidikan dan sebagainya,” kata anggota DPRD Kabupaten Lampung Tengah dua periode ini.
Bang Mugho panggilan akrabnya, mengatakan untuk sukses di ranah politik ada dua hal yang perlu disiapkan yakni modal sosial dan modal kapital yang saling melengkapi. Apabila modal kapital kurang kuat maka maksimalkan di modal sosial, begitupun sebaliknya. “Kalau ingin terjun politik maka harus kuat modal sosial dan modal kapitalnya. Lalu rangkul semua lapisan masyarakat,” kata politisi PKS ini.
Ia menceritakan diawal-awal kampanye pergerakan dimasyarakat berjalan secara normal bertemu masyarakat dan mulai menyesuikan membuat konten digital di media sosial untuk menfasilitasi kebutuhan suara milenial. “Dimasa kampanye inilah masa pentingnya kita berkompetisi. Kita mengelola strategi dan target. Mapping perhitungan suara dibeberapa wilayah dan daerah mana yang perlu di maksimalkan,” katanya.
Sementara calon anggota legislatif DPRD Kabupaten Pringsewu Dapil III, Suranto mengatakan pemilu sebelumnya kaum milenial terkesan menjadi golongan putih (golput). Maka di Pemilu 2024 ini, ia memandang perlu adanya inovasi untuk merangkul suara dan partisipasi kaum milenial. Salah satu caranya, dengan aktif di media sosial mensosialisakan gagasan pentingnya berpolitik.
“Kaum milenial ini perlu kepastian terkait pekerjaan dan pendidikan, maka caleg ini memberikan solusi terhadap kebutuhan pemilih. Caleg perlu memiliki gagasan dan inovasi agar bisa diterima semua golongan. Yang muda dijaga dan yang tua kita ambil hatinya,” kata caleg asal Partai NasDem ini.