Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pesawaran untuk pembuatan embung guna mengantisipasi banjir. Kerja sama ini terkait upaya penanganan masalah banjir dalam jangka panjang.
“Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi risiko banjir dalam jangka panjang,” kata Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, Senin, 3 Maret 2025.
Eva mengatakan bahwa pemerintah kota akan segera membuat embung di wilayah perbatasan Bandar Lampung dengan Kabupaten Pesawaran.
Baca Juga:
Peringatan Dini Banjir Bandar Lampung Melanda Penjuru Wilayah
“Untuk pembuatan embung ini tidak hanya di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran saja. Tetapi juga di wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lampung Selatan,” katanya.
Menurutnya dalam upaya pembuatan embung tersebut perlu koordinasi lebih lanjut dengan Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan untuk menyusun rencana yang lebih komprehensif.
“Tentunya saya juga berharap Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal dapat turut serta dalam pembahasan proyek ini guna memastikan kelancaran proses pembangunan embung. Sebab penanganan banjir ini memerlukan kerja sama dari semua pihak,” ujarnya.
Mitigasi Banjir
Sebelumnya, Pemkot Bandar Lampung, mengambil berbagai langkah dalam memitigasi bencana banjir.
“Ada beberapa catatan yang kami buat setelah mitigasi bencana banjir yang terjadi dua kali dalam kurun waktu dua bulan di kota ini,” kata Asisten I Kota Bandar Lampung, Sukarma Wijaya, Kamis, 27 Februari 2025 lalu.
Ia mengatakan bahwa Pemkot Bandar Lampung akan melaksanakan kerja sama dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran untuk memelihara wilayah catchment area di register 17 dan register 19.
“Catatan kami, selain intensitas hujan yang cukup tinggi, banjir di Bandar Lampung juga disebabkan oleh rusaknya wilayah hulu di register 17 (perbatasan dengan Lampung Selatan di Panjang) dan register 19 (perbatasan dengan Pesawaran),” katanya.
Ia menyebutkan bahwa banyaknya pemukiman yang tumbuh di daerah itu mengurangi wilayah tangkapan air. Kemudian kurangnya pohon yang mampu menahan run off air di wilayah hulu juga menyebabkan masalah.
“Tidak hanya itu saja. Kami juga mencatat kurangnya ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung menjadi salah satu sebab terjadinya banjir,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Pemkot Bandar Lampung akan melakukan penanaman pohon. Serta menambah ruang terbuka hijau (RTH) untuk menahan run off air dan meningkatkan kualitas udara.
Sistem Drainase
Sukarma pun mengatakan bahwa sistem drainase di kota ini yang tidak mampu menampung debit air besar juga menjadi masalah. Kemudian banyaknya sampah serta sedimen tanah, pasir, lumpur, dan batu di sungai dan drainase yang menghambat aliran air. Selanjutnya konektivitas antar drainase yang belum terpadu juga memperburuk situasi.
“Kami juga akan melakukan normalisasi sungai secara rutin dengan fasilitas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS),” katanya.
Ia pun mengatakan bahwa guna mengantisipasi luapan air, pemkot pun bakal meninggikan sejumlah talud di sepanjang sungai yang ada di kota ini.
“Kami juga akan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, terutama terkait sampah. Dan memberikan pemahaman tentang risiko tinggal di lereng dan bantaran sungai,” ujarnya.