Bandar Lampung (Lampost.co)– Sebanyak 10 dari 128 Laboratorium di Universitas Lampung (Unila) menargetkan pada 2025 siap melayani publik melalui marketplace.
Ketua Program Revitalisasi Perguruan Tinggi Negeri (PR-PTN) Universitas Lampung (Unila),Mahrina Sari, mengatakan pihaknya menyiapkan beberapa hal. Salah satunya memberikan pemahaman tentang sistem manajemen layanan laboratorium yang terintegrasi atau terpusat menjadi satu lewat aplikasi.
“Lokakarya pengembangan sistem manajemen layanan laboratorium selama dua hari (15 sampai 16 Agustus 2024) ini. Nantinya akan menghasilkan suatu rancangan aplikasi untuk laboratorium yang dapat melayani secara publik melalui aplikasi marketplace,”jelas Mahrina saat penyusunan blue print atau proses bisnis sistem manajemen layanan laboratorium Unila, Jumat, 16 Agustus 2024.
Ia menyebut konsep blue print sistem manajemen pelayanan laboratorium yakni dengan membangun sebuah aplikasi sistem manajemen pelayanan.
“Aplikasi ini bisa mahasiswa dan dosen manfaatkan, serta pelayanan kepada masyarakat,”jelasnya.
Ia menjelaskan aplikasi tersebut untuk masyarakat yang ingin menguji sesuatu di laboratorium Unila. Mengetahui sarana alat laboratorium, jenis alat, volume. Penggunaan berapa lama alat tersebut, hingga pembiayaan dapat mengetahui dalam satu platform.
“Data yang masuk akan terpusat dalam satu layanan internet. Layaknya marketplace Shopee. Apa yang kita butuhkan, tercatat di aplikasi tersebut,” terangnya.
Ia merincikan aplikasi terpadu seperti marketplace ini akan berpusat kepada Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi (UPT LTSIT). Nantinya di Fakultas fakultas Unila akan saling berafiliasi menjadi satu aplikasi layanan laboratorium.
Sistem Menejemen
Sementara itu, Rektor Unila, Lusmeilia Afriani, mengapresiasi kegiatan penyusunan blue print atau proses bisnis sistem manajemen layanan laboratorium Unila.
Lusmeilia menyebut pihaknya menerima bantuan dana Rp 81 miliar dari Kemendikbudristek untuk revitalisasi laboratorium yang ada di Unila.
“Itu bukan hanya pembelian alat. Tetapi juga ada pelatihan seperti ini kemudian sertifikasi seharusnya juga ada ada bagian untuk yang rehab laboratorium,”jelas Lusmeilia.
Lebih lanjut, Lusmeilia mengatakan Unila memiliki 128 laboratorium di Unila untuk membranding menuju layanan publik membuat aplikasi terpusat.
“Ini salah usaha kita untuk memperkenalkan kepada pihak ketiga yang menggunakan laboratorium yang ada di Unila,” tuturnya.
Lusi sapaan akrabnya juga menyampaikan, pihaknya menargetkan layanan laboratorium untuk publik pada tahun 2025 mendatang.
“Sebenarnya kita sudah punya program terpadu seperti Unila Hub yang menjual barang-barang produk hasil penelitian dan hasil pengabdian tertentu. Di sini kita menjual barang-barang produk hasil penelitian hasil pengabdian teman-teman dosen dan mahasiswa. Dengan adanya sistem aplikasi terpadu nantinya untuk akan memperluas jaringan layanan Unila ,”jelas rektor.
Adapun 10 laboratorium Unila tersebut adalah Laboratorium Analitik dan Instrumentasi di FMIPA, Laboratorium Kimia Organik (FMIPA). Laboratorium Geofisika dan Georthermal di (Fakultas Teknik).
Lalu, Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Pertanian (Fakultas Pertanian) , Laboratorium Oseanografi(Fakultas Pertanian), Laboratorium Biokimia (FMIPA). Laboratorium Ilmu Ukur Tanah (Fakultas Pertanian).
Kemudian, Laboratorium Jalan Raya (Fakultas Teknik). Laboratorium Bahan dan Kontruksi (Fakultas Teknik), dan Laboratorium Metrologi (Fakultas Teknik