Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), beberapa daerah seperti Kota Kupang (144 hari), Sumba Timur (141 hari), dan Sabu Raijua (128 hari) telah mengalami kekeringan panjang. Daerah lainnya di NTT yang terdampak termasuk Kupang, Lembata, Timor Tengah Selatan.
Lalu Sikka, Rote Ndao, Sumba Barat Daya, dan Ende, dengan periode kering antara 69 hingga 116 hari. Kemudian, Provinsi Jawa Timur juga terdampak, dengan wilayah seperti Jember dan Kota Probolinggo mengalami kekeringan ekstrem selama 139 hari.
Selain itu, Pasuruan, Situbondo, Banyuwangi, Blitar, Mojokerto, Tulungagung, Bangkalan, dan Malang juga mengalami kondisi serupa dengan durasi kekeringan berkisar antara 108 hingga 138 hari.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatatkan wilayah Bima dengan kekeringan selama 137 hari dan Lombok Timur selama 94 hari. Di Sulawesi Selatan, Barru, Pangkep, Takalar, dan Makassar mengalami kekeringan selama 68 hari.
Yogyakarta juga terdampak, dengan wilayah Bantul dan Gunungkidul mengalami kekeringan masing-masing selama 68 dan 67 hari. Di Jawa Barat, daerah seperti Ciamis, Cirebon, dan Indramayu mengalami kekeringan sekitar 65 hari, bersama dengan beberapa wilayah lainnya.
Di Banten, Pandeglang mengalami kekeringan selama 66 hari. BMKG juga melaporkan bahwa 64 persen wilayah Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau. Ssedangkan 36 persen lainnya masih berada dalam musim hujan.
BMKG mengimbau masyarakat untuk menggunakan air dengan bijak guna mengurangi dampak kekeringan. Bagi wilayah yang masih mengalami musim hujan.
“Penting untuk memastikan sistem penampungan dan pengaliran air berfungsi optimal untuk mengurangi risiko banjir serta memanfaatkan air sebaik-baiknya,” ujar keterangan BMKG.