Bandar Lampung (Lampost.co) — Penyumbang gas emisi rumah kaca di Indonesia didominasi oleh industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, transportasi, hingga pertambangan.
Tak menutup kemungkinan, sektor agroindustri juga menjadi salah satu penyumbang gas emisi jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu cara menurunkan resikonya dengan memanfaatkan hasil sampingan dari agro industri.
“Selain mengurangi gas emisi, hal itu juga menaikan nilai tambah bagi limbah, serta menciptakan dan menambah pendapatan negara,” ungkap Warek III Unila Anna Gustina Zainal pada Seminar Nasional Agroindustri Berkelanjutan, 26-27 September 2024 di Hotel Emersia.
Untuk itu menurutnya penting melakukan percepatan hilirisasi pada sektor agroindustri. Hal tersebut untuk mendukung rencana pemerintah pusat mewujudkan Indonesia bebas emisi gas rumah kaca pada 2050.
Sebagai keseriusan dukungan Unila,pihaknya melibatkan Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA). Serta pengusaha dan praktisi di bidangnya. Kemudian ada 6 sesi presentasi makalah terkait agroindustri oleh sejumlah akademisi.
“Seminar ini menjadi salah satu kegiatan dies natalis ke-59 Unila sebagai bentuk dukungan percepatan hilirisasi agroindustri dan mewujudkan Net Zero Emission 2050,” kata dia.
Sementara itu, Sekretaris Jendral Industri Agro Kementerian Perindustrian, Yulia Astuti menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan tersebut. Kegiatan itu menunjukkan perhatian dari akademisi, dan dunia usaha kepada pemerintah dalam mencapai net zero emission.
Ia menyampaikan, kinerja sektor industri agro menunjukan pertumbuhan positif. Pada triwulan 2 tahun 2024, tercatat pertumbuhan sektor tersebut mencapai 4,84 persen.
“Kondisi itu menunjukkan pertumbuhan yang sehat dan potensi industri agro yang terus berkembang,” jelasnya melalui panggilan video zoom.
Maka dari itu menurutnya, percepatan hilirisasi agro industri akan memberikan dampak baik terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Selain itu, hal tersebut juga turut mendukung target pemerintah dalam mencapai rencana bebas emisi di 2050.