Bandar Lampung (Lampost.co)– Debat perdana pemilihan gubernur (Pilgub) Lampung berlangsung semalam Minggu malam, 13 Oktober 2024 di Novotel Lampung mempertemukan paslon nomor urut 01 Arinal-Sutono dan Rahmat Mirzani Djausal – Jihan Nurlela nomor urut 02 membahas tema infrastruktur dan ekonomi.
Pada debat perdana kali ini masih banyak pemilih muda atau generasi Z yang masih menjadi swing voters atau pemilih mengambang.
Swing voters merupakan istilah yang pilihannya dapat berubah sesuai dengan ide atau gagasan dari pasangan calon. Ahmad Ridwan Syuhada (23) contohnya, yang masih menganggap dirinya swing voters meski debat perdana Pilgub Lampung 2024 telah berlangsung.
Ridwan menyebut kedua paslon selama debat hanya menyampaikan informasi yang bersifat normatif tanpa memberikan solusi.
“Mereka berdua masih berani menunjukan identitas dalam hal program konkret. 01 hanya membahas histori karena incumbent. Dan 02 hanya menarik masyarakat lewat gaya kampanyenya. Tapi tetap tidak ada solusi konkret baik 01 dan 02 dari tema dari infrastruktur dan perekonomian,” katanya, Senin, 14 Oktober 2024.
Menurut Ridwan meskipun setiap paslon baik 01 dan 02 memiliki gaya kampanye dan penyampaian yang berbeda. Wajib hukumnya memberi solusi dari tema yang ada.
“Masalahnya tetap tidak menyentuh permasalahan yang harus dijawab di tema infrastruktur dan perekonomian,” jelasnya.
Tidak Ada Serang Antar Paslon Lewat Gagasan
Hal senada di ungkapkan oleh Revina Azzahra (21) yang belum juga menentukan pilihan Gubernur Lampung untuk periode 2024-2029 pasca debat perdana.
Pemimpin Umum Teknokra Unila ini juga menilai kedua paslon masih mencari aman. Hal ini terlihat tidak adanya saling menyerang lewat gagasan, pada debat perdana Pilgub.
“Masih gugup antara kedua paslon dan sangat normatif. Belum membahas atau menyajikan solusi dari akar permasalahan dari tema infrastruktur dan perekonomian,”
Revina menjelaskan, paslon 01 saat berbicara infrastruktur hanya mengupas kinerja Arinal selaku gubernur petahana. Paslon 02 hanya menambahkan pikiran dari paslon 01.
“Jadi solusi dan berperang pikiran terkait tema yang akan dibahas tidak ada. Dari 01 hanya sifatnya normatif, dan 02 terkesan penyempurnaan saja,” jelasnya.
Sementara itu, Riko Andri (20) mahasiswa Poltekkes mengulas pada bagian ekonomi saat kedua paslon membahas soal petani yang belum makmur.
“Di bagian ekonomi tentang masalah perkebunan kopi. Intinya yang mereka bahas bukan mensejahterakan petani melainkan hanya memberikan pemahaman umum yang normatif. Bukan memberi pemaparan yang di lapangan, karena pengetahuannya umum dan di lapangan pasti berbeda,” tuturnya.
Hal itu membuatnya juga belum dapat menentukan nuraninya untuk berlabuh ke paslon 01 Arinal-Sutono atau 02 Rahmat Mirzani Djausal – Jihan Nurlela.
Terakhir, Rara Bintang (21) mahasiswa Unila menilai debat perdana Pilgub Lampung belum greget.
Ia membandingkan dengan debat Pilpres 2024 yang mana antar paslon saling serang argumen dan gagasannya.
“Saya membandingkan dengan Pilpres saling serang antar paslon lewat gagasan. Tapi di Pilgub hanya menambahkan. Mereka jadinya mau perang gagasan atau gimana. Karena kesannya normatif tanpa ada kritik gagasan antar paslon,” ungkapnya.
Perempuan berdomisili Metro ini mengklaim ia belum tahu akan memilih siapa di Pilgub 2024. “Padahal debat ini wadah menentukan pilihan saya karena saya gak mau golput. Tapi di debat kali ini terkesan normatif sekali,” pungkasnya.