Bandar Lampung (Lampost.co)–Seluruh perangkat yang terhubung bisa menjadi pintu masuk bagi serangan siber. Kondisi itu menciptakan risiko signifikan terhadap privasi dan keamanan data oleh black hacker seperti pembajakan dan kelemahan data.
Demikian orasi ilmiah guru besar Institut Teknologi Sumatera (Itera) Sarwono Sutikno di kampus setempat Sabtu, 2 November 2024. Sarwono yang merupakan guru besar pertama Itera itu berasal dari bidang keamanan siber dan komputasi pervasif/hardware security Fakultas Teknologi Industri.
Orasi ilmiah Sarwono bertajuk risiko positif dan risiko negatif keamanan perangkat. “Dalam menghadapi tantangan keamanan yang kompleks, perlu strategi komprehensif dan berlapis. Terapkan standar keamanan internasional ISO/IEC 15408,” ujar Sarwono.
Ia menegaskan pentingnya evaluasi risiko sistematis dan mitigasi yang tepat. Penerapan standar keamanan IT komputasi pervasif dengan kerangka kerja ISO/IEC 23053:2022 menunjang kinerja perangkat lebih efisiensi dan terintegrasi.
Selain internet of things (IoT), konsep itu tetapi juga menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat keputusan cerdas berdasarkan analisa big data.
Pemanfaatan perangkat komputasi pervasif menjadi katalis inovasi dan pertumbuhan ekonomi berbagai sektor. “Misalnya untuk pertanian pintar, sensor cerdas memantau kondisi tanah dan cuaca real time. Sistem mendukung pengelolaan pupuk dan air sehingga meningkatkan panen,” ujarnya.
Sarwono menyebutkan contoh pemanfaatan perangkat pada sektor pendidikan, keuangan, pariwisata, energi, hingga pertahanan. Pendekatan tersebut memberi gambaran risiko berikut solusi sehingga perangkat canggih sekaligus aman.
Rektor Itera I Nyoman Pugeg Aryantha mengatakan Sarwono menjadi guru besar pertama Itera yang berlatar dosen aktif di kampus tersebut. “Kehadiran guru besar ini menjadi keunggulan dalam peningkatan kompetensi SDM Itera. Sebagai guru besar, Sarwono akan mengabdi di Itera hingga usia 70 tahun,” ujarnya.
Itera kini sedang mempersiapkan dua orang akademisi lainnya untuk menjadi guru besar selanjutnya. “Kami juga berupaya agar Itera segera memiliki guru besar berusia di bawah 40 tahun” kata Rektor.