Bandar Lampung (Lampost.co) – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung menyatakan prihatin atas ratusan siswa yang mengalami keracunan setelah mengonsumsi program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bandar Lampung beberapa waktu lalu.
Ketua IDI Lampung, dr. Josi Harnos, mengatakan, kejadian ini bisa terjadi di mana saja. “Saya yakin tidak ada pihak—pengusaha, pengelola dapur, sekolah, maupun korban—yang menginginkan hal ini terjadi,” ujar Josi, Minggu, 7 September 2025.
Menurut Josi, fokus utama bukan mencari siapa yang salah, melainkan menelaah rangkaian penyebab secara menyeluruh. “Misalnya, dari sisi dapur, ada standar yang harus ditinjau kembali, seperti SPPG. Penelaahan ini bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh wilayah Lampung,” tambahnya.
Aspek yang perlu ditelaah meliputi sumber air, kebersihan dapur, bahan baku makanan, hingga perilaku petugas dapur. “Apakah sumber air sudah diuji? Kalau belum, bisa jadi ada kelalaian. Setiap dapur seharusnya memiliki standar pengujian air secara berkala,” jelasnya.
Josi menegaskan, jika air tidak bermasalah, aspek lain seperti bahan makanan, cara penyimpanan, dan kebersihan petugas juga harus ditelusuri. Ia menekankan Dinas Kesehatan memiliki kapasitas untuk melakukan kajian lebih mendalam.
“Fokus kita adalah menemukan akar masalah, lalu segera mengambil tindakan dan menerapkan standar yang sama di semua dapur,” ujar Josi. Ia menambahkan, penyebab keracunan tidak selalu berasal dari air, tetapi bisa juga dari bahan makanan, tempat pembelian, atau lingkungan sekitar.
Kejadian ini, menurut Josi, menjadi momentum meningkatkan kesadaran pengelola dapur untuk lebih kritis terhadap aspek higienitas dan keselamatan makanan.