Bandar Lampung (Lampost.co) — Musim penghujan yang berlangsung beberapa hari terakhir mulai dirasakan dampaknya bukan hanya oleh para pengolah. Dampaknya juga dirasakan konsumen ikan asin di Pulau Pasaran, Telukbetung Timur, Bandar Lampung.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Usaha Bahari Pulau Pasaran, Toto Heriyanto, menyebutkan banyak pembeli mulai menyampaikan keluhan karena ikan asin yang dijual tidak lagi terlihat segar dan kering seperti biasanya.
“Ikan yang baru dijemur dengan sinar matahari hasilnya lebih cerah dan berkualitas. Tapi kalau tiga hari berturut-turut tidak ada panas, warnanya kekuningan dan harganya otomatis jatuh,” jelas Toto, Minggu 21 September 2025.
Penurunan harga pun cukup terasa, bahkan mencapai 30 persen. Ia mencontohkan ikan teri jengki yang biasanya dijual Rp50 ribu per kilogram. Kini hanya laku sekitar Rp40 ribu per kilogram bila kualitasnya menurun.
Meski pasokan nelayan masih normal, Toto mengingatkan bahwa cuaca ekstrem tetap bisa mengancam. Angin kencang dan ombak besar membuat nelayan enggan melaut, sehingga pasokan bisa berkurang sewaktu-waktu.
Menurut Toto, sejak Jumat lalu cuaca mendung yang berkepanjangan membuat pengeringan ikan asin gagal mencapai kualitas maksimal. Hal ini berdampak pada kepercayaan konsumen, yang mulai menilai produk Pulau Pasaran kurang konsisten.
“Konsumen mengeluhkan warna ikan asin yang menguning karena tidak kena panas. Itu membuat harga anjlok, dan daya tariknya di pasar juga menurun,” pungkasnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa musim hujan bukan hanya memengaruhi produsen, tetapi juga merugikan konsumen yang terbiasa dengan standar kualitas tinggi ikan asin Pulau Pasaran.