Bandar Lampung (Lampost.co)—Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia kembali berinovasi untuk menghasilkan karya tepat guna. Kali ini, mahasiswa membuat drone agriculture untuk membantu petani memantau pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Melalui skripsinya, mahasiswa bernama Firman Fahrodin sukses meriset hingga menghasilkan drone pertanian. Bahkan, drone tersebut telah ia serahterimakan kepada petani di Kecamatan Bandar Sribawono, Lampung Timur, baru-baru ini.
Salah satu kegunaan drone tersebut adalah mempercepat proses penyiraman pupuk yang sebelumnya selama dua jam, menjadi 30 menit.
Baca juga: Membanggakan, Dosen Teknokrat Dinobatkan Sebagai Ilmuwan Nasional
“Drone ini mampu mengangkat payload seberat 1,5 mL cairan pestisida dan bisa di kendalikan dengan menggunakan perangkat komputer maupun handphone yang terinstal software Mission Planner,” ujarnya.
Menurutnya, jelajah terbang drone dapat diatur pada area sesuai kebutuhan dan bisa mengawasi secara real-time. Pengoperasian drone secara otomatis atau tanpa kontrol manual dari pilot.
“Pengoperasian drone dan untuk membuat jalur terbang dengan menggunakan software,” kata dia.
Sistem drone di lengkapi hardware water pump sebagai penunjang kebutuhan penyemprotan pestisida di lahan. Ia membuat rangkaian drone menggunakan mikrokontroler Arduino Pro Mini.
Meningkatjan Efisiensi
Dosen pembimbing Jaka Persada Sembiring mengapresiasi ide dan kegigihan mahasiswanya dalam menghasilkan drone pertanian itu. Menurutnya, penggunaan sprayer pada drone pertanian meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keselamatan dalam kerja-kerja pertanian.
“Drone sprayer dapat menyemprot area pertanian dengan cepat dan efisien dari pada metode tradisional,” ujarnya.
Kemudian, drone sprayer membuat penyemprotan akurat, dan menyemprot lebih tepat untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan dengan menghindari penggunaan bahan kimia berlebihan.
Yang menarik,drone itu mengurangi risiko bagi pekerja. “Pemanfaatan drone ini mengurangi paparan langsung pekerja terhadap bahan kimia berbahaya. Dengan kata lain, drone itu meningkatkan keselamatan kerja petani,” kata Jaka.
Wakil Rektor UTI Mahathir Muhammad mengatakan inovasi drone tersebut merupakan wujud kerja keras mahasiswa dan dosen pembimbing dalam berinovasi.